XXXI

454 66 26
                                    

"Semua keputusan ada di tanganmu, Emily. Hanya kau yang bisa memutuskan ingin menjadi seperti apa dirimu sendiri." Angela merubah posisi duduknya menjadi tegak. "Apa kau ingin terus-menerus bersembunyi dari identitasmu yang sebenarnya? Dari dirimu yang sebenarnya?"

Emily terdiam.

"Ikuti kata hatimu. Jika kau bisa membantu orang lain, untuk apa kau terus menyembunyikan dirimu sendiri," lanjutnya lagi. "Aku pun setuju mengenai perkataan Felix saat kau mengatakan bahwa dulu dia pernah melarangmu untuk berbicara yang sebenarnya jika kau melihat sesuatu yang tidak kami lihat. Namun sekarang, zaman sudah berubah dan Felix memintamu untuk membantunya."

Emily terlihat tidak memberikan respon sama sekali karena pikirannya terus bekerja dengan keras.

"Siapa tau, dengan kau mengatakan hal yang sejujurnya pada mamamu, kau bisa lebih terbuka sepenuhnya dan tidak ada hal yang perlu kau sembunyikan lagi darinya. Dengan begitu, kau bisa mulai melangkah penuh percaya diri untuk membantu orang-orang seperti Louisa dan juga Selena."

"Tapi, apa dia bisa menerima kejujuranku?" tanya Emily ragu.

"Pasti akan ada perasaan terkejut saat kau mengatakan hal itu padanya. Namun, jika kau berhasil menjelaskannya, aku yakin mamamu akan bisa menerima semua itu. Ini hanya masalah waktu Emily," jelas Angela. "Dan waktu akan terus berjalan sebagaimana mestinya."

🔱🔱🔱

Jam menunjukkan pukul 3 sore. Emily keluar dari dalam mobil setelah dia tiba di kediaman rumah miliknya. Perempuan itu berjalan masuk dan mendapati kedua asisten ibunya berjalan keluar dari dalam ruang kerja wanita tersebut.

"Emily," sapa Owen.

"Paman Owen, paman Luke," balas Emily tersenyum.

"Kau baru pulang?" saut Mia dengan tangan yang berpegang pada gagang pintu ruang kerja.

Emily mengangguk. "Aku bertemu dengan Angela di kafe untuk berbincang-bincang. Bagaimana perkembangan Selena, ma?"

Owen dan Luke saling bertukar pandang.

"Polisi masih mencari keberadaannya. Pergilah masuk ke dalam kamar dan ganti pakaianmu," pinta Mia.

Emily terdiam sejenak kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar. Sementara Mia kembali mengantarkan Owen dan Luke hingga sampai ke teras rumah milik wanita tersebut. Mia meminta kepada kedua asistennya untuk bisa lebih bekerjasama dengan para polisi setempat terkait kasus yang menimpa wilayah tersebut. Setelah keduanya mengerti, mereka segera pergi meninggalkan kediaman rumah Mia dan melanjutkan pekerjaan mereka esok hari.

Sementara di dalam kamar Emily, perempuan yang sedang duduk di tepi ranjang, menatap ke arah lemari pakaian gantungnya dan melihat Dommy keluar dari tempat tersebut lalu berjalan menghampiri dirinya.

"Apa yang ingin kau katakan kemarin malam?" tanya Emily.

Dommy terdiam memandang perempuan itu.

"Dommy?" panggil Emily lagi.

"Egh?" Dommy teringat akan sesuatu. "Bisakah esok hari aku ikut datang ke universitasmu lagi?"

"Untuk apa?" tanyanya heran.

"Aku hanya ingin--melihat-lihat," jawab Dommy.

"Tidak," tolak Emily. "Aku tidak mengizinkanmu untuk ikut bersamaku."

"Kenapa?"

"Karena kehadiranmu bisa menjadi daya tarik bagi beberapa makhluk yang nantinya bisa mengikutiku karena mereka tau kalau kau ikut bersamaku. Aku juga tidak ingin mereka mempengaruhi dirimu ke arah yang tidak baik," jelas Emily.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang