VI

654 69 9
                                    

Setelah selesai membersihkan diri dan berpakaian, Louisa berjalan keluar dari dalam kamar mandi. Wajahnya terlihat heran saat menemukan Ella sedang duduk di kursi rias dengan menatap ke arah cermin yang berada di atas meja.

"Ella, sedang apa kau di dalam kamarku?" tanya Louisa yang berjalan mendekati adiknya perlahan.

Tidak ada jawaban. Ella tetap melemparkan bola kecil yang memantul ke cermin kamar milik Louisa. Perempuan itu meraih pundak kecil adiknya dengan perlahan. Ella menoleh ke samping. Wajah Ella terlihat sangat pucat dan lemas, bibirnya membiru, kedua matanya menatap Louisa dengan sayu hingga membuat Louisa terlihat sangat panik.

"Ella?! Apa yang telah terjadi denganmu?!" tanya Louisa kembali.

Raut wajah lemas Ella berubah menjadi raut wajah bengis. Sorot matanya terlihat tajam. Senyumannya begitu lebar dan Ella terkekeh dengan nada berat yang terdengar seperti seorang pria tua. Louisa melepaskan genggamannya dari bahu Ella dan berjalan mundur ke belakang. Dia melihat Ella turun dari kursi dengan kedua telapak tangan yang terbuka lebar dan terlihat menggretakkan tubuhnya.

Louisa terjatuh ke belakang sesaat melihat Ella berubah menjadi sosok berkulit pucat dengan postur kurus bertubuh tinggi. Memiliki kedua bola mata tajam dan bibirnya yang terlihat hitam. Kuku tangannya juga terlihat panjang. Louisa tidak bisa berkata apapun. Mulutnya terasa kaku untuk digerakkan. Hanya kedua bola matanya yang mampu membulat sempurna. Sosok itu langsung mencengkram leher Louisa dengan cepat hingga membuatnya tersentak. 

Sosok yang terlihat menyeramkan itu mendekatkan wajahnya ke arah Louisa dengan mulut yang terbuka lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sosok yang terlihat menyeramkan itu mendekatkan wajahnya ke arah Louisa dengan mulut yang terbuka lebar. Jari tangan satunya kini mencoba meraba dagu Louisa dan membuka paksa mulut perempuan itu. Louisa berusaha keras untuk bisa menggerakkan tubuhnya namun apa daya, dia tidak mampu melakukan hal itu. 

Setelah mulut Louisa berhasil dibuka paksa, sosok itu segera mendekatkan mulutnya ke atas mulut Louisa. Dari dalam mulut itu keluarlah cairan berwarna hitam pekat yang masuk ke dalam mulut Louisa. Akibatnya, Louisa menendang-nendang kakinya sekuat tenaga dengan sedikit kejang pada tubuhnya. Suara ketukan pintu berhasil membuat sosok itu menoleh dengan cepat dan segera melepaskan cengkramannya.

Louisa tersentak dan terbatuk-batuk hebat. Napasnya terlihat memburu. Dia merasa panik karena menemukan dirinya masih berada di dalam bak mandi. Suara ketukan pintu masih terdengar dan kemudian disusul oleh suara tuan Gordon dari balik pintu kamar.

Perempuan itu meraih handuk putihnya yang tergantung dan segera keluar dari dalam kamar mandi. Louisa membuka sedikit pintu kamar. Dia melihat ayahnya berdiri dengan tangan kanan yang menahan pada tembok lorong.

"Ada apa?" tanya Louisa.

"Aku minta maaf atas perlakuan kasarku padamu. Aku mengatakan hal itu karena aku mengkhawatirkanmu," ucap tuan Gordon dengan wajah penyesalan. 

"Tidak apa ayah. Kau bisa melupakannya," balas Louisa.

"Aku akan menunggumu di ruang makan." Tuan Gordon tersenyum.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang