LXXXIV

305 73 51
                                    

Cuaca di kota Colorado tampak terlihat mendung dengan awan hitam yang mulai bergerak secara perlahan. Daniel dan anaknya masih terjebak dalam perjalanan mereka untuk kembali ke rumah karena kemacetan di jalan tersebut.

"Dalton, bisakah kau berhenti menangis?" pinta Daniel. "Kau membuat kepalaku terasa sakit."

Tangisan Dalton mulai terdengar semakin keras hingga membuat Daniel kembali menghela napas dengan perlahan. Dia memijit pangkal hidungnya sembari menyender pada pintu mobil. Rintikan hujan mulai membasahi mobil milik Daniel. Kendaraan itu kembali terlihat melaju dengan perlahan.

Hujan mulai mengguyur deras di sekitar daerah tersebut. Jarak pandang Daniel sedikit terlihat kabur karena cuaca tersebut. Saat sedang berada di persimpangan jalan, sebuah truk melaju dengan cepat dari arah yang berlawanan hingga membuat kendaraan tersebut oleng karena jalanan yang licin dan saat itu juga langsung menghantam kencang mobil milik Daniel.

🔱🔱🔱

Mobil ambulans tiba di rumah sakit Saint Joseph. Keramaian di rumah sakit itu sangat terasa ketika para korban kecelakaan yakni Dalton langsung mendapatkan perawatan intensif sementara Daniel dinyatakan meninggal dunia saat sedang berada dalam perjalanan menuju rumah sakit karena pendarahan serta luka parah yang disebabkan keretakan tulang pada bahu dan kaki kanan pria itu.

Emily menjerit histeris dan meronta hebat dalam pelukan Felix sesaat mengetahui kematian ayah kandungnya. Felix terus memeluk erat tubuh Emily agar temannya bisa mendapatkan sedikit ketenangan.

Louisa sendiri hanya bisa terdiam dengan kedua tangan yang meremas tali tasnya sembari menundukkan kepala. Berita kematian yang dirasakan Emily saat ini sama persis dengan berita kematian yang pernah dirasakan Louisa ketika harus menerima kenyataan bahwa ibu kandungnya meninggal dunia dalam kecelakaan tunggal.

Mia masih dalam keadaan panik. Wanita tersebut terlihat sangat sibuk setelah kedua korban berada di rumah sakit Saint Joseph. Mia masuk ke dalam ruang jenazah rumah sakit Saint Joseph sementara Emily dan kedua temannya menunggu wanita itu dari luar. Dia terus berteriak memanggil ayahnya dengan perasaan yang begitu hancur. 

Emily berbalik arah. Dia memeluk kencang tubuh Felix sembari merasakan sesak yang berada di dada. Tangisannya benar-benar pecah dalam pelukan lelaki itu. Felix sempat terdiam mematung dengan detak jantung yang berdegup kencang. 

"Tuhan telah mengambil nyawa Angela dan sekarang Dia mengambil nyawa papaku, kenapa Tuhan tidak mengambil nyawaku saja?!" seru Emily dengan nada berserak.

"Jangan berkata seperti itu Emily," seru Felix perlahan. 

"Aku sangat menyayangi mereka Felix," katanya lagi yang kembali menangis.

"Aku tau. Namun nyatanya Tuhan lebih menyayangi mereka," balas Felix. "Mari kita doakan mereka agar bisa bertemu di Surga."

"Aku seperti merasa tidak ingin hidup di dunia," ucap Emily.

Felix melepaskan pelukan Emily. Dia memegang kedua pipi Emily hingga kepala Emily sedikit mendongak ke atas. Louisa yang berdiri tidak jauh dari mereka, hanya bisa terdiam dan memutuskan untuk pergi meninggalkan keduanya.

"Dengarkan aku," kata Felix dengan tatapan intens. "Jangan pernah berkata seperti itu lagi. Aku tidak ingin kehilangan dirimu sama seperti aku kehilangan Angela." Dahinya mengernyit kecil. "Aku belum siap untuk kehilangan dirimu selamanya. Aku sangat menyayangimu Emily. Bahkan sampai detik ini, rasa sayangku kepadamu tidak akan pernah berkurang."

Emily kembali mengeluarkan air mata di hadapan lelaki itu. "Tapi aku tidak bisa kehilangan mereka, Felix. Hatiku terasa sakit. Aku berusaha keras untuk menerima kenyataan bahwa Angela telah tiada dan sekarang, papaku yang menyusul dirinya di sana."

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang