Sudah kali ke lima belas Emily mencoba untuk menghubungi Angela, namun panggilan tersebut tidak kunjung terjawab. Rasa khawatirnya kali ini benar-benar memuncak. Dia pun memutuskan untuk mengambil kunci mobilnya agar dia bisa pergi mengunjungi kediaman rumah Angela.
"Emily," seru Daniel yang berjalan menuruni anak tangga saat Emily akan membuka pintu rumah.
Emily menoleh ke belakang.
"Kau akan pergi ke mana?" tanyanya.
"Aku akan pergi mengunjungi kediaman rumah Angela selepas itu aku akan datang ke rumah sakit Saint Joseph untuk melihat keadaan temanku," jelas Emily.
"Ini sudah sore, tidakkah sebaiknya kau pergi esok pagi saja?" ujar Daniel.
Emily menggeleng, "Aku tidak akan lama, pa. Aku pergi dulu."
Dengan langkah terburu-buru, Emily berjalan menghampiri mobilnya yang berada di garasi sementara Daniel hanya bisa melihat anaknya dari teras rumah sambil menggendong Dalton. Suara deru masin mobil mulai terdengar disusul klakson yang menandakan bahwa Emily akan pergi saat itu juga. Daniel melambaikan tangannya dengan tersenyum lebar. Setelah kepergian Emily, pria itu kembali menutup pintu rumahnya.
Setelah beberapa menit berada dalam perjalanan, mobil yang dikendarai Emily sudah tiba di bahu jalan rumah Angela. Dia segera turun dari dalam mobilnya dan berjalan menunju teras rumah Angela. Bel rumah terdengar berbunyi dengan kencang. Tidak lama setelah itu seorang wanita berjalan membuka pintu rumah.
"Emily," sapanya.
"Selamat sore nyonya Benneth," balas Emily.
"Selamat sore. Ada yang bisa kubantu?" tanya wanita itu.
"Aku ingin bertemu dengan Angela. Apa dia ada di rumah?"
"Angela belum kembali sedari pagi. Terakhir dia meminta izin untuk pergi ke supermarket," jelasnya. "Aku juga sudah menghubungi anak itu tapi panggilanku tidak kunjung terjawab."
Emily terdiam sejenak memikirkan ucapan wanita yang berada di hadapannya. Jika memang Angela belum tiba di rumah, lalu di mana perempuan itu sekarang berada. Emily memutuskan untuk pamit dari kediaman rumah Angela dan masuk kembali ke dalam mobilnya.
Semenjak Angela diasuh oleh keluarga Benneth, kehidupannya perlahan mulai berubah. Emily bisa bersyukur bahwa ada keluarga yang benar-benar memperhatikan kondisi Angela hingga Angela bisa tumbuh menjadi seorang perempuan bijaksana dengan fisik yang sudah sangat membaik. Tidak sama seperti saat Angela masih berada di panti asuhan. Kondisi fisiknya begitu sangat memprihatinkan karena masalah perekonomian di panti asuhan itu sendiri.
Emily kembali menghubungi nomor ponsel Angela dengan ekspresi yang begitu serius. Tidak lama setelah itu, panggilan masuk darinya terjawab hingga membuat kedua bola mata Emily membulat bersamaan dengan punggungnya yang menegang.
"Emily, ini mama," seru Mia dari seberang telepon.
"Mama?! Kenapa mama yang menjawab telepon Angela?"
"Mama menemukan ponsel Angela di lokasi kejadian."
"APA?!"
"Mama tidak tau apakah Angela menjadi korban kecelakaan atau tidak karena beberapa mayat yang tergeletak kondisinya sangat memprihatikan."
"Aku akan ke sana sekarang, ma!"
Emily mengakhiri panggilan itu dan langsung menyalakan mesin mobilnya untuk bisa tiba di lokasi kecelakaan bis tersebut. Detak jantung Emily berdegup kencang. Pikirannya saat ini berusaha untuk tetap fokus karena dia masih mengendarai mobil miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret Stalker
Horror"Setiap part selalu dibuat penasaran." - TSS's Readers. HIGHEST RATING: #2 in HORROR-THRILLER [13/06/20] #3 in PENGUNTIT [06/07/20] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [4]: Louisa Gordon. "Hey, let's play together." ["Hey, ayo bermain bersama."]...