X

524 72 5
                                    

Hello pembaca setia TSS! Sesuai janjiku, aku akan update 2 part sekaligus karena targetnya sudah melebihi yang kuperkirakan hehe. Selamat membaca!!! Enjoy

🔱🔱🔱

Setibanya di lantai dua rumah, nyonya Gordon segera memeriksa dua kamar yakni kamar milik Ella dan kamar miliknya. Jendela yang berada di dalam masing-masing kamar masih tertutup dengan rapat. Nyonya Gordon keluar dari dalam kamar Ella dan berjalan cepat menuju kamar milik Louisa. Tanpa sepengetahuan nyonya Gordon, wanita itu sedang diamati oleh sosok hitam kurus mengerikan yang menempel pada tembok lorong dekat dengan pintu kamar milik Ella dan pintu kamar miliknya. Sosok itu memiliki bola mata berwarna merah bergerak mengikuti ke mana nyonya Gordon melangkah. 

Saat akan membuka pintu kamar, dia baru teringat kalau kamar milik Louisa terkunci dan hanya anak perempuan itulah yang memiliki kunci kamar. Nyonya Gordon juga berpikir jika ada seseorang yang masuk ke dalam rumahnya, orang tersebut hanya bisa bersembunyi di salah satu kamar Ella ataupun kamar miliknya. Namun setelah dicari dengan teliti, nyonya Gordon tidak menemukan siapapun di sana. 

Suara tangisan Lucas membuat wanita itu langsung melempar boneka Ella ke lantai dan berlari menuruni anak tangga dengan cepat untuk menghampiri anak laki-lakinya yang dia tinggal seorang diri di ruang makan. Setelah berada di ruang makan, nyonya Gordon segera mengangkat Lucas dari kursi bayi untuk menenangkan anak laki-lakinya itu. Kedua bola mata nyonya Gordon membulat sesaat melihat paha kanan mungil Lucas membiru. Seperti luka memar pada orang dewasa, dengan wajah panik nyonya Gordon segera menghubungi suaminya untuk bisa membawa Lucas pergi ke rumah sakit.

🔱🔱🔱

Di ruang kelas Louisa, perempuan itu terus saja menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang penopang kepala. Makhluk yang dilihatnya semalam membuat Louisa tidak bisa melupakan ingatan tersebut. Kuku-kuku tajam yang sempat menyentuh kulit wajahnya masih membuat bulu tengkuk Louisa terasa berdiri. Dia masih tidak mengerti mengapa dirinya bisa melihat sosok-sosok menyeramkan tersebut. Karena selama Louisa tinggal di rumah lamanya, dia tidak pernah melihat, bertemu, ataupun merasa diancam oleh sosok-sosok seperti itu.

"Louisa?"

Sapaan Felix terhadapnya membuat Louisa tersentak kaget. Dia menarik napasnya dalam-dalam dengan kedua bola mata membulat.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Felix heran.

"Ya," kata Louisa. "Aku baik-baik saja."

"Aku perhatikan sedaritadi kau tidak bisa fokus untuk belajar. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanya Felix kembali.

Emily datang mendekati meja Louisa dan menatap perempuan itu dengan dahi mengernyit. Louisa mengalihkan pandangannya ke arah Emily. Dia merasa dilema harus mengutarakan kejadian yang sebenarnya pada Felix atau tidak dikarenakan adanya kehadiran Emily saat ini.

"Aku tidak apa-apa," katanya lagi yang memutuskan untuk bangkit dari kursi ruang kelas.

Perempuan itu pergi meninggalkan mereka berdua. Setelah kepergian Louisa, Felix mengalihkan pandangannya ke arah Emily yang masih terdiam tanpa mengatakan kalimat sedikitpun.

"Apa kau yakin tidak ingin membantu perempuan itu?" tanya Felix.

"Untuk apa?" Emily menatapnya dalam. "Supaya kau bisa dekat dengan perempuan itu?"

"Bukan itu maksudku Emily--"

"Sudahlah Felix. Aku tidak ingin terlibat dalam hal-hal semacam itu. Lagipula, kau sendiri yang sudah berkomitmen untuk menghindari hal apapun meski kau tau bahwa aku bisa melihat keberadaan makhluk-makhluk seperti itu. Kau juga yang mengatakan padaku bahwa aku harus melupakan apa yang sebenarnya aku lihat." Emily memberi jeda, menatap sejenak wajah Felix yang terdiam. "Lalu kenapa sekarang komitmenmu berubah sesaat adanya kehadiran Louisa di sekolah ini?"

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang