Louisa terus memandang kamar mewah milik ibu kandung Emily yang sedang mereka tempati saat ini. Suasana kemewahan itulah yang membuat Louisa merindukan kediaman rumah lamanya. Louisa melihat ke arah foto-foto yang berada di dinding kamar sebelum akhirnya dia duduk di sofa untuk membahas permasalahan yang telah dia hadapi malam itu.
"Jadi, kau akan tinggal di sini untuk sementara waktu?" tanya Felix.
Emily mengangguk. "Aku tidak terlalu suka tinggal di rumah ini."
"Kenapa?" saut Louisa.
"Tatanan dekorasinya terlalu berlebihan. Satu kamar ini luasnya sama dengan dua kali kamarku," ucap Emily sembari menatap ke sekitar.
"Bukankah luas ruangan bisa membuatmu bergerak lebih leluasa? Harusnya kau bersyukur karena kau masih bisa terlelap di ruangan ini," seru Louisa.
"Untuk apa aku mensyukurinya jika tidak membuatku merasa nyaman?" balas Emily. "Lagipula, terlihat sederhana jauh lebih menyenangkan."
Louisa terdiam mendengar jawaban dari mulut perempuan itu. Sementara Felix sendiri hanya bisa berdehem kecil agar suasana di sekitar mereka tidak terasa tegang. Karena tidak ingin berlama-lama dalam keheningan, Felix mengatakan kepada Emily bahwa semalam Louisa menemukan ruang bawah tanah rahasia dan juga sempat bertemu dengan sosok Patsy di dalam ruang bawah tanah itu. Ucapan Felix membuat Emily langsung menoleh ke arah Louisa.
"Benar," tutur Louisa.
"Apa yang dia katakan padamu?" tanya Emily.
"Dia mengatakan bahwa dia tidak bersalah, dia dipaksa seseorang untuk melakukan hal itu. Dia juga memperlihatkan kedua lengannya tersayat dan tampak keluar darah segar yang membasahi kaki perempuan itu."
"Apakah ada kemungkinan bahwa Patsy merupakan korban dari pembunuhan dan penculikan juga?"
"Tidak mungkin," bantah Emily. "Patsy merupakan asisten rumah tangga dari keluarga Hubert. Jika dia merupakan korban penculikan dan pembunuhan, sudah pasti akan tertulis kisahnya di artikel yang pernah Louisa temukan. Namun nyatanya, artikel itu tertulis tidak ada yang tahu penyebab Patsy meninggal dunia."
"Lalu, siapa dalang dibalik pembunuhan yang menimpa Patsy dan Railey?" Felix mengernyit.
"Apakah semua ini adalah ulah Maurice, suami dari Latoya?" tebak Louisa.
"Sudah kali kedua tebakanmu memiliki jawaban yang sama. Jika hal ini juga terjawab sama seperti ucapanmu barusan, aku ingin bertanya sesuatu padamu," Emily memincingkan kedua matanya penuh curiga.
Louisa terdiam menatap tatapan itu.
"Apa kau benar-benar tidak mengetahui sesuatu tentang hal ini?" Dia terus menatap Louisa tanpa berkedip. "Aku menjadi penasaran akan sikapmu itu."
Louisa tertawa kikuk. "Aku? Jika aku memang mengetahui semua ini, sudah pasti aku akan menuntaskannya seorang diri tanpa melibatkan kalian berdua."
Emily merubah posisi duduknya. "Aku hanya merasa curiga denganmu."
"Jangan menuduhnya yang tidak-tidak Emily," bela Felix. "Kemungkinan saja tebakan Louisa saat itu memang benar."
"Ah sudahlah, mari kita tuntaskan kasus ini," pinta Emily.
Emily menjejerkan barang-barang miliknya di atas meja dan mereka mulai berdiskusi mengenai hal yang telah terjadi pada mereka dimulai saat kali pertama Ella menemukan kotak mainan yang berada di dalam lemari sampai penemuan ruang rahasia di kediaman rumah keluarga Gordon.
Suasana di sekitar mereka terlihat sepi. Masing-masing dari mereka mulai menulis rangkuman versi mereka sendiri. Tampak wajah serius dari ketiganya saat berhadapan dengan kasus itu. Setelah hampir satu jam lebih mereka saling berdiam, Emily mulai meminta kedua temannya untuk membahas apa yang telah mereka rangkum.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret Stalker
Horror"Setiap part selalu dibuat penasaran." - TSS's Readers. HIGHEST RATING: #2 in HORROR-THRILLER [13/06/20] #3 in PENGUNTIT [06/07/20] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [4]: Louisa Gordon. "Hey, let's play together." ["Hey, ayo bermain bersama."]...