"Ella, buka pintu kamarmu," seru Louisa kembali.
"Tidak mau!!!" ujarnya berteriak.
"Temanku ingin berkenalan denganmu, Ella," kata Louisa lagi.
"Aku tidak mau Louisa!!!" gretaknya dari dalam. "Aku sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun. Menjauhlah dari kamarku."
Louisa terdiam sejenak mendapati reaksi adiknya dari balik pintu yang terdengar begitu histeris. Dia menoleh ke arah Emily dan Felix yang sempat memberikan reaksi sama dengan Louisa. Saat Louisa hendak mengetuk kembali pintu kamar tersebut, Emily menahan pergelangan tangan Louisa dengan sedikit gelengan kepala.
Emily mendekatkan telinganya pada pintu kamar Ella dan mendengar sebuah percakapan kecil adik Louisa dengan seseorang yang berada di dalam kamar tersebut. Ella juga sempat memanggil nama orang itu dengan sedikit berbisik hingga membuat Emily menatap Louisa dan Felix secara bergantian. Dia kembali berdiri tegak seolah dia tidak merasakan hal apapun.
Emily meminta Louisa untuk tidak menggangu Ella di dalam kamar itu. Kini mereka memutuskan untuk menjauhi kamar Ella dan beralih pada kamar kedua orangtua Louisa.
Di dalam kamar itu, Emily menatap ke sekitarnya dan beralih pada cermin di atas meja rias. Dia menatap pantulan dirinya sejenak dengan dahi mengernyit. Emily mengambil beberapa gambar dari sudut ruangan. Setelah usai, Louisa menutup kembali pintu kamar kedua orangtuanya. Felix dan Louisa melangkah menjauhi kedua kamar tersebut namun tidak dengan Emily.
Dia berdiri di depan kaca jendela lantai dua yang berhadapan langsung dengan hutan di sekitar rumah itu. Kedua matanya menyipit sesaat dia melihat seseorang berjubah hitam sedang berdiri di antara pepohonan besar.
"Emily," panggil Felix.
Emily menoleh. "Oh, ya." Dia menatap ke arah pepohonan itu kembali dan orang berjubah hitam yang sempat dilihat olehnya telah menghilang.
Mereka segera menuruni anak tangga dan berjalan menuju ruang makan untuk menghampiri nyonya Gordon. Emily berjalan di belakang teman-temannya. Saat sedang melewati sebuah ruangan yang memiliki pintu tertutup rapat, Emily memberhentikan langkahnya ketika dia merasakan sesuatu yang berbeda dari balik pintu tersebut.
Emily menoleh ke samping. "Louisa," panggilnya perlahan.
Louisa menoleh bersamaan dengan Felix.
"Ruangan apa ini?" tunjuk Emily.
"Ruang pencuci pakaian. Ada apa?" tanya Louisa.
Emily terdiam sejenak menatap pintu berwarna coklat tersebut lalu menggelengkan kepalanya perlahan. Dia kembali melangkahkan kakinya hingga mereka tiba di ruang makan rumah keluarga Gordon.
🔱🔱🔱
Sementara itu di dalam ruang kerja milik Mia, mereka berdua masih bergelut dalam mencari jawaban atas kasus-kasus yang sedang mereka tangani. Meski kematian teman-teman Emily beserta hilangnya beberapa penduduk di sudut kota tersebut sudah terungkap, namun rasanya masih ada hal janggal yang melekat di hati Mia.
Belum lagi setelah Mia mendatangi penjara tempat di mana Jack saat ini berada, setelah melihat kondisi yang memprihatinkan dari lelaki berwajah tampan tersebut, membuat pikiran Mia semakin berputar dengan cepat.
"Kunci saksi saat ini mengarah pada Jack. Jika saja Jack bisa memberitahu siapa yang sudah menyuruhnya melakukan aksi keji tersebut, kita bisa dengan mudah menangkap pelaku yang lain," ucap Owen.
"Kau benar," Mia berdecak kecil. "Namun sayangnya Jack terus saja membungkam. Kau bisa lihat sendiri kondisinya saat itu. Sementara Luke, dia masih terbaring lemah di rumah sakit. Namun setidaknya dia sudah memberikan saksi bahwa ada dua orang yang sempat menyiksanya yakni seorang pria dan wanita."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret Stalker
Horror"Setiap part selalu dibuat penasaran." - TSS's Readers. HIGHEST RATING: #2 in HORROR-THRILLER [13/06/20] #3 in PENGUNTIT [06/07/20] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [4]: Louisa Gordon. "Hey, let's play together." ["Hey, ayo bermain bersama."]...