Emily sudah memberhentikan mobilnya di garasi rumah dan melihat mobil Felix sudah terparkir. Dia segera masuk ke dalam rumahnya. Felix yang pada saat itu sedang berada di ruang tamu dengan ditemani oleh Daniel, langsung menoleh ke arah pintu rumah yang terbuka dari luar.
"Emily sudah kembali. Kalau begitu, aku akan tinggalkan kalian berdua," ujar Daniel yang segera bangkit dari sofanya.
Felix mengangguk. "Terima kasih tuan Dawson."
Setelah kepergian ayahnya, Emily langsung duduk di sofa dan menatap Felix. Dia melihat lelaki itu dari atas hingga ke bawah. Dahinya mengernyit sesaat melihat Felix tengah mengangkat minuman saji di atas meja untuk diminum oleh lelaki itu dengan kedua tangan yang gemetar.
"Kau terlihat seperti lelaki pengecut," ucap Emily.
"Mungkin kata itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan sikapku saat ini," ujarnya.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Emily kembali.
Felix menggeleng. "Seseorang sedang mencoba untuk membunuhku, Emily."
"Siapa?" Emily mengernyitkan dahi.
Felix menarik napasnya dengan dalam dan mulai menceritakan kejadian yang dia alami pada Emily hingga membuat Emily terlihat begitu antusias mendengarkan cerita dari Felix.
🔱🔱🔱
Tuan Gordon memberhentikan kendaraannya setelah dia tiba di pekarangan depan rumah dan mendapati dua orang anggota polisi yang sedang berjaga di depan rumah mereka. Kedatangan tuan Gordon membuat kedua polisi itu segera berjalan menghampirinya sembari berjabat tangan.
"Kami dari pihak kepolisian mendapat tugas untuk menjaga kediaman rumah tuan sampai tuan kembali," ujar salah satu polisi itu.
"Apa pintu kamarku menjadi sasaran dari pendobrakan salah satu diantara kalian lagi?" saut Louisa.
Kedua polisi itu saling bertukar pandang.
Louisa mengerti reaksi yang diberikan oleh mereka hingga membuatnya berdecak lalu menggeram kesal sembari berjalan masuk ke dalam rumahnya. Tuan Gordon menyengir kecil akan reaksi kasar yang Louisa berikan dan meminta maaf atas sikap tidak sopan putrinya kepada dua orang polisi itu.
Setelah Louisa tiba di lantai dua rumahnya, dia mendapati hanya kamarnya dengan gagang pintu yang sudah rusak akibat ulah para polisi itu sementara dua kamar lainnya dalam keadaan tertutup rapat.
"Apa mereka tidak bisa bersikap sopan saat memasuki kamarku?!" grutunya kesal.
"Loui," panggil tuan Gordon sembari menaiki anak tangga.
Louisa menoleh dengan melebarkan telapak tangannya ke belakang. "Lihat!" seru perempuan itu. "Pintu kamarku rusak kembali!"
"Nanti akan aku perbaiki, Loui. Mereka pasti memiliki alasan tersendiri mengapa pintu kamarmu harus didobrak dengan paksa," jelas tuan Gordon.
Louisa berdecak. "Aku tidak akan ikut ke rumah sakit itu kembali."
"Louisa," panggil ayahnya lagi.
"Kau pergi saja seorang diri," balasnya yang segera menutup pintu kamar itu.
Louisa melempar tasnya dengan kesal ke atas ranjang dan menatap seisi ruangan hingga tatapannya berhenti pada kedua pintu di dalam kamar itu. Ternyata, tidak hanya pintu kamar Louisa saja yang dirusak oleh mereka, pintu kamar mandi Louisa juga menjadi sasaran hingga membuat Louisa merasa benar-benar kesal. Sementara pintu kamarnya kini terlihat sedikit terbuka karena tidak dapat tertutup dengan rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret Stalker
Horror"Setiap part selalu dibuat penasaran." - TSS's Readers. HIGHEST RATING: #2 in HORROR-THRILLER [13/06/20] #3 in PENGUNTIT [06/07/20] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [4]: Louisa Gordon. "Hey, let's play together." ["Hey, ayo bermain bersama."]...