LXVII

315 69 42
                                    

Suara ketukan pintu yang terdengar dari luar membuat Emily terdiam menatap pintu kamarnya. Dari balik pintu itu dia mendengar suara ibunya menyuruh Emily untuk segera makan malam karena Emily belum juga keluar dari dalam kamar.

"Iya ma, nanti aku akan makan malam," seru Emily tanpa beranjak dari kursi belajar.

"Ya sudah, mama akan beristirahat. Jangan lupa untuk makan, Emily," balas Mia.

Emily kembali menatap buku catatannya setelah dia berhasil merangkum informasi yang sudah dia temukan dari berbagai sumber agar bisa mendapatkan sebuah jawaban mengenai kediaman rumah keluarga Gordon. Emily meletakkan penanya di atas meja dan menatap buku catatan tersebut dengan perasaan yang begitu bangga karena telah mendapatkan jawaban mengenai seorang anak bernama Railey dan asal-usul dari kediaman rumah tersebut. Penemuannya malam ini akan dia berikan kepada Louisa esok hari untuk bisa diperiksa kembali kebenarannya. Perempuan itu segera merapikan barang-barangnya sebelum dia menikmati makan malam seorang diri.

Di dalam kamar Louisa, perempuan yang sedang berdiri memandangi derasnya air hujan di depan jendela kamar, hanya bisa termenung dengan kedua tangan menyatu ke depan. Louisa menghela napas perlahan sembari mengingat akan sikap nyonya Gordon.

Dia tidak tahu mengapa perasaannya begitu menjadi takut dan terlihat seperti Louisa penurut saat berhadapan dengan wanita itu. Terlebih saat mereka saling beradu pandangan. Meski ucapan nyonya Gordon mengenai cuaca di malam hari benar adanya, namun untuk kali pertama secara spontan Louisa menuruti perintah wanita itu untuk tidak keluar rumah.

Louisa berjalan menuju meja belajarnya dan duduk di sana. Dia mengambil ponsel yang berada di atas meja. Kedua matanya terus menatap boneka tua milik Ella. Jika memang boneka itu merupakan boneka peninggalan dari keluarga yang sebelumnya pernah menempati rumah tersebut, cepat atau lambat Louisa harus menemukan keluarga itu untuk meminta penjelasan mengapa mereka bisa pindah dari rumah yang sekarang sedang ditempati oleh keluarga Louisa.

Emily menikmati makan malamnya seorang diri di ruang makan sembari menggenggam ponsel di tangan. Dia terus membaca berita-berita terbaru mengenai kasus kriminal dan kasus lainnya agar nantinya dia mulai terbiasa menghadapi kasus tersebut. Sementara kedua orangtua dan adik tirinya sudah beristirahat di lantai dua rumah mereka.

Derasnya air hujan tidak membuat Emily merasa takut meski beberapa bagian rumahnya dalam keadaan lampu mati. Sesekali cahaya dari kilatan petir membuat bayangan pada barang-barang di dalam rumah Emily bisa terlihat. Dia terus mengunyah makanan yang berada di dalam mulut hingga kedua bola mata Emily bergerak ke kanan sesaat telinganya mendengar suara sebuah barang bergeser dari ruang keluarga.

Emily menoleh ke arah ruang keluarga dengan sedikit membusungkan badanya ke depan. Ruangan yang berada di samping pintu ruang kerja ibunya itu tampak gelap dari tempatnya berada. Karena merasa penasaran, Emily segera mendorong kursi makan dan berjalan mendekati ruang keluarga tersebut.

Sesampainya di tempat itu, dia tertegun melihat seorang wanita berpakaian gaun abad 19 berwarna putih sedang duduk membelakanginya.

Dia melihat pantulan dirinya pada cermin yang berada di tembok ruangan namun tidak dengan wanita itu. Kedua bola mata Emily menyipit dengan kepala yang sedikit miring ke kanan.

"Siapa kau?" tanya Emily.

Wanita itu menoleh sedikit. "Berhentilah ikut campur dalam urusanku."

"Apa maksudmu?" tanyanya lagi.

"Apa kau ingin dirimu dan keluargamu mati--Emily?"

Pertanyaan itu membuat Emily tersentak kaget. Kedua bola matanya membulat dan saat itu juga tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang