LVIII

333 63 33
                                    

Louisa membuka pintu ruang rumah rawat Ella dengan kencang hingga membuat ketiganya langsung terkejut. Napas Louisa terlihat memburu menatap kedua orangtuanya secara bergantian. Dia benar-benar memendam amarah mengenai kebohongan yang telah mereka lakukan pada Louisa.

"Louisa, kau sudah kembali," sapa nyonya Gordon.

Louisa berdecak. "Dasar wanita licik."

"Apa maksudmu, Loui?" balas nyonya Gordon heran.

"Kau masih saja berusaha bersikap baik dihadapanku dan Ella setelah sikap licikmu yang memaksa ayah agar mau menjual rumah kami di kota lalu ayahku memutuskan membeli sebuah rumah tua di sudut kota itu!" tunjuknya ke belakang.

"Louisa!" saut tuan Gordon.

"Apa tujuanmu membohongiku mengenai situasi asli di sekitar rumah tua itu?!" tanyanya dengan kedua bola mata memerah karena menahan air mata. "Kau pikir kau bisa menyimpan rahasia itu selamanya, ayah?!"

Tuan Gordon terdiam menatap putrinya yang terlihat begitu emosional.

"Apa kau berniat untuk mencelakakanku dengan cara berbohong seperti ini?!"

"Louisa, ini bukan salah ayahmu. Kumohon dengarkan aku--"

Louisa menampar kencang pipi kanan nyonya Gordon secara spontan sesaat wanita itu berjalan mendekatinya hingga membuat telapak tangan Louisa memerah. Sikap kasar Louisa yang langsung disaksikan oleh kedua bola mata Ella, membuat anak itu hanya bisa terdiam mematung sementara tuan Gordon langsung menarik paksa Louisa keluar dari ruangan itu.

"Kau benar-benar anak yang kurang ajar," ujar tuan Gordon dengan terus menggenggam kencang pergelangan tangan Louisa hingga Louisa sempat terseret.

"Ayah, sakit ayah!" seru Louisa sembari menahan rasa sakit di pergelangan tangannya.

Keributan yang terjadi di rumah sakit membuat beberapa orang yang melihat kejadian itu merasa penasaran. Dengan sekuat tenaga, tuan Gordon melempar Louisa ke depan pintu masuk rumah sakit Saint Joseph. Louisa terjatuh di atas lantai dengan air mata yang menetes di kedua pipi perempuan itu.

"Aku selalu mengajarimu tata krama yang baik dengan wanita pilihanku. Namun kau tetap bersikeras seakan mencoba menunjukkan bahwa wanita itu terlihat kejam dihadapan Ella." Tuan Gordon menatap Louisa dengan dalam. "Jangan menunjukkan wajahmu dihadapanku jika kau tetap bersikap seperti itu padanya!"

"AYAH!!!"

Teriakan Louisa tidak dihiraukan oleh tuan Gordon yang berjalan kembali masuk ke dalam rumah sakit itu. Dari tempat Louisa berdiri, dia bisa melihat nyonya Gordon begitu merasa bersalah dengan apa yang telah menimpa Louisa.

Louisa menghapus air matanya dan berusaha untuk tidak menangis. Hatinya terasa sakit saat ayahnya bisa bersikap begitu kasar. Louisa merasa kesal karena hanya dia yang tidak diberitahu kejadian sebenarnya di sudut kota itu. Perasaan bencinya pada nyonya Gordon semakin menggebu-gebu. Namun di sisi lain, ayahnya selalu berusaha menjadi tameng bagi wanita tersebut.

Dia mulai melangkahkan kakinya menuruni anak tangga hingga tiba di sebuah halte bis. 

Louisa duduk di sana seorang diri.

Saat ini, dia membiarkan jiwanya tenggelam dalam kesedihan hingga membuatnya termenung sesaat. Hembusan angin menerbangkan beberapa helai rambut perempuan itu. Sampai sekarang, wajah ibu kandung Louisa masih belum bisa terhapus dari ingatan. Dia juga sudah mencoba untuk berusaha mengikhlaskan dengan cara mengatakan hal yang sebenarnya pada Ella. Namun, kejujuran Louisa tidak bisa diterima penuh dengan Ella karena Ella sendiri masih menganggap bahwa ibu mereka sedang pergi jauh dan akan kembali suatu saat nanti. 

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang