XLII

395 63 40
                                    

Louisa berlari cepat untuk membuka pintu rumah bersamaan dengan berlarinya orang tersebut masuk ke dalam hutan. Louisa berhenti di depan teras rumahnya saat perempuan itu benar-benar sudah berlari menjauh. Dahi Louisa mengernyit dengan otak yang berpikir.

Apakah aku tidak salah lihat kalau perempuan yang barusan itu adalah Selena? gumamnya.

"Loui, ayo kita berangkat," ucap tuan Gordon yang berjalan mendekati Louisa bersama Ella.

Louisa menuruni anak tangga kecil untuk menghampiri mobil ayahnya yang terparkir. Saat akan memasuki mobil tersebut, Louisa mengarahkan pandangannya ke jendela koridor di lantai dua rumah mereka dan tidak sengaja melihat sesosok hitam berwajah menyeramkan sedang menatap dirinya dengan tajam hingga membuat Louisa segera masuk ke dalam mobil tersebut.

🔱🔱🔱

Emily sudah tiba di tempat Selena ditemukan. Jalanan panjang yang dikelilingi oleh pepohonan besar pada sisi kanan dan kiri bahu jalan, membuat dirinya seperti sedang berada di sekitar hutan. Kedua asisten Mia segera mempersiapkan alat mereka untuk mulai melakukan penemuan bukti-bukti baru terkait dengan hilangnya perempuan itu.

Suasana di sekitar tempat Emily berada saat ini terasa dingin. Sepertinya, sinar matahari pagi tertutupi oleh banyaknya pepohonan yang berada di sekitar mereka. Kabut asap berwarna putih perlahan mulai terlihat meski sekarang waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Perempuan itu terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam hutan.

"Emily," panggil Luke.

Emily menoleh ke belakang.

"Kita tidak bisa pergi masuk sejauh itu ke dalam hutan. Jadi, kita hanya bisa memeriksa keadaan di sekitar ini," ujarnya.

"Memang kenapa?" tanya Emily heran.

"Kita tidak tau apa yang ada di dalam hutan itu, Emily," saut Owen.

"Kita juga tidak tau darimana Selena berasal hingga dirinya bisa ditemukan di tepi jalan, paman Owen," balas Emily.

Luke dan Owen saling bertukar pandang. Mereka sama-sama menghela napas ketika harus dihadapkan dengan keegoisan yang muncul di dalam diri Emily sama seperti Mia. Emily sendiri terus melangkahkan kaki dengan tatapan yang waspada. Kedua telinganya terus berusaha mempekakan keadaan di sekitar. Sementara Luke dan Owen tetap berada tidak jauh dari Emily dengan kamera yang sedari tadi sudah siap merekam aktivitas mereka.

"Emily," panggil Luke kembali.

Emily menoleh ke belakang dengan sedikit kesal. 

Dia menatap Luke yang memberikan ekspresi datar dan tampak kebingungan saat Emily merespon panggilan tersebut.

"Apa?" tanya Luke heran.

Emily terdiam sejenak dengan kedua bola mata yang melihat ke sekitar mereka.

"Emily."

Suara itu kembali terdengar namun sepertinya hanya dia yang mendengar panggilan tersebut sementara kedua asisten ibunya tetap terdiam dengan ekspresi heran.

"Apa yang kau rasakan?" tanya Luke.

"Entah," jawabnya tampak kebingungan.

"Kabut asap ini semakin terlihat tebal, Emily," timpal Owen yang mulai khawatir. "Tidakkah sebaiknya kita kembali?"

"Tidak paman Owen. Aku penasaran dengan apa yang ada dibalik kabut asap ini," jawabnya. "Tetaplah bersama-sama."

🔱🔱🔱

Kedekatan Louisa dengan Felix semakin terlihat jelas saat Emily tidak sedang berada diantara mereka. Hal tersebut tentu membuat para mahasiswi yang memang mengidolakan Felix, merasa kesal akan kedekatan keduanya. Terlebih bagi Luna. Perempuan itu hanya bisa memandang kesal ke arah mereka yang sedang berada di kantin universitas dan terlihat sedang berbincang-bincang.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang