XV

530 62 9
                                    

Sementara itu di kediaman rumah Emily, perempuan muda tersebut masih terjaga dari tidurnya meski sekarang waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Emily menatap layar komputer yang berada di atas meja belajar dengan punggung yang menyender pada kursi. Saat sedang dalam keadaan termenung, dia mendengar suara ketukan pintu yang berasal dari luar kamarnya.

"Masuk," ucap Emily.

Pintu terbuka dengan lebar namun dia tidak melihat siapa pun yang berada di depan kamarnya saat ini. Emily menghela napas perlahan dengan sedikit gelengan kepala. Tidak lama setelah itu, pintu kamar miliknya tertutup dengan kencang meski tidak ada angin yang menghantamnya.

"Sudah kukatakan untuk bisa bersikap lebih sopan selama kau berada di rumahku." Emily memutar kursinya menghadap ranjang dan melihat seorang anak kecil laki-laki berwajah tampan dengan kulit pucat pasi, sedang duduk tanpa memperlihatkan rasa bersalah sedikitpun di wajahnya. "Kita sudah sepakat, bukan?"

"Aku bosan Emily," tuturnya dengan bibir mengerucut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bosan Emily," tuturnya dengan bibir mengerucut.

"Tapi tidak dengan membanting pintu kamarku. Apalagi di saat jam seperti ini. Bagaimana kalau sampai papa dan mama terbangun? Terlebih Dalton? Siapa yang akan disalahkan?" tanya Emily.

"Kau," jawabnya perlahan.

Emily melipat kedua tangannya di depan dada dan terus menatap sosok yang berada di hadapannya saat ini. 

"Bisakah aku membawa teman untuk tinggal di sini selagi kau pergi bersekolah?" tanyanya.

"Tidak," balas Emily tegas.

"Hanya sementara."

"Tidak."

"Bagaimana jika hanya bermain?"

"Tetap tidak Dommy."

Dommy langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang Emily dengan meregangkan kedua tangan. Emily kembali memutar kursinya menghadap komputer untuk segera menyelesaikan tugasnya.

"Kenapa kau belum tidur?" tanya Dommy.

"Aku sedang mengerjakan tugas sekolah," jawabnya dengan tangan yang menari-nari di atas papan tombol komputer.

"Bolehkah aku mendekati Dalton?"

"Untuk apa?"

"Untuk menjadi temannya."

"Tidak-tidak. Aku tidak ingin ketika Dalton tumbuh seusiamu, lingkungan di sekitarnya akan menganggap dia sebagai anak yang aneh."

"Bukankah kau juga anak yang aneh?" Dommy bangkit dari ranjang Emily dan menghampiri perempuan tersebut.

"Sedari kecil aku memang tumbuh menjadi anak yang aneh. Tapi tidak dengan Dalton," balasnya dengan tatapan tetap mengarah pada layar komputer.

Dommy berdecak, "Apa bedanya?"

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang