XI

459 67 1
                                    

Sebuah mobil patroli sudah terparkir di halaman depan rumah tuan Gordon. Dua orang polisi langsung melakukan pemeriksaan di dalam rumah tersebut secara teliti. Tuan Gordon sendiri berada di depan pintu rumahnya dengan mimik wajah cemas. Sesekali dia menoleh ke arah mobilnya untuk memastikan bahwa istri dan anaknya masih berada di dalam mobil tersebut.

Setelah memeriksa keadaan rumah tersebut, kedua polisi itu berjalan keluar dan melaporkan bahwa mereka tidak menemukan satu pun penyusup atau seseorang yang berhasil merusak barang-barang di dalam rumah. Mendengar laporan tersebut membuat tuan Gordon belum bisa bernapas lega karena dia takut bahwa penyusup itu bisa bersembunyi di dalam rumahnya.

"Aku yakin terbukanya pintu rumahmu disebabkan karena kau tidak memeriksa dengan teliti sebelum pergi meninggalkan rumah. Karena setelah dilihat melalui amatan kami, pintu rumah ini adalah model pintu lama yang sepertinya harus diganti dengan pintu model baru yang memiliki sistem keamanan agar tidak ada satu pun penyusup yang bisa masuk ke dalam rumah ini," ucap polisi tersebut dengan membuka tutup pintu rumah milik tuan Gordon.

"Apa kalian benar-benar sudah memeriksanya dengan teliti?" kata tuan Gordon kembali.

Polisi satunya menatap tuan Gordon sejenak. Tidak lama setelah itu, mereka merasakan hembusan angin yang mampu menerbangkan daun-daun kering di sekitar mereka hingga membuat pintu rumah tuan Gordon terbuka dengan sendirinya. Ketiganya menoleh ke arah pintu tersebut dan membuat tuan Gordon merubah pikirannya mengenai pintu rumah yang terbuka.

"Apakah ada hal lain yang bisa kami bantu?" tanya polisi yang belum sempat menjawab pertanyaan tuan Gordon barusan.

Tuan Gordon menggeleng, "Terima kasih atas bantuan kalian," ungkapnya dengan menjabat tangan para polisi itu satu persatu.

Setelah pergi meninggalkan kediaman rumah tuan Gordon, barulah nyonya Gordon beserta Ella keluar dari dalam mobil untuk segera masuk ke dalam rumah tersebut. Setibanya nyonya Gordon di ruang keluarga, dia tertegun melihat kursi bayi milik Lucas menghadap jendela di ruang keluarga rumah tersebut. Karena seingat dirinya, dia tidak memindahkan kursi tersebut setelah menghubungi suaminya untuk membawa Lucas ke rumah sakit.

"Leticia?" seru tuan Gordon.

Nyonya Gordon tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah suaminya.

"Sebaiknya kau beristirahat di atas dengan Ella dan Lucas. Aku akan memesan pintu baru dan menghubungi bagian renovasi untuk mengganti pintu lama ini," jelasnya.

Anggukan kepala yang diberikan oleh nyonya Gordon membuat wanita itu segera meraih tangan kanan Ella untuk mengajaknya ke lantai dua rumah mereka. Tuan Gordon memutar tubuhnya menghadap pintu lama rumah mereka. Ditatapnya lekat-lekat keadaan pintu berwarna coklat tersebut dengan ponsel yang berada di telinganya. Setelah sambungan terhubung, tuan Gordon segera menjelaskan bahwa dirinya membutuhkan renovasi kecil untuk mengganti pintu rumahnya secepat mungkin.

🔱🔱🔱

Bel pulang berdering dengan kencang. Semua murid bersorak gembira hingga terlihat sedikit ricuh. Dari tempat duduknya, Louisa bisa melihat reaksi Emily yang sama sekali tidak memberikan senyuman sedikitpun di wajah perempuan itu untuk satu hari ini. Saat Emily akan beranjak dari kursinya untuk pergi meninggalkan ruang kelas, dengan cepat Felix menghalangi langkah Emily hingga membuat perempuan itu menatap Felix dengan kesal.

"Kuharap kau tidak lupa bahwa hari ini kita akan pergi bertemu dengan Angela," ujarnya.

Emily memutar bola matanya dengan melenguh kesal.

Felix menatap Louisa dengan anggukan kepala kalau mereka harus pergi saat ini juga. Louisa pun dengan cepat bangkit dari kursi kelas dan mengikuti langkah kaki mereka di belakang hingga tiba di parkiran mobil.

"Aku akan mengendarai mobilku sendiri," tutur Emily sambil mengeluarkan kunci mobil dari dalam tasnya.

"Eits!" Felix meraih cepat kunci mobil tersebut dari tangan Emily, "Kali ini kau pergi dengan mobilku. Aku tidak ingin kau mengambil kesempatan untuk kembali ke rumah. Cepat masuk ke dalam mobilku."

"Oh ayolah Felix!" seru Emily malas.

"Masuk Emily," pintanya.

"Itu akan membuang-buang waktu jika kita harus kembali ke universitas ini untuk mengambil mobil milikku," ungkap Emily.

"Tidak apa. Sekarang, masuklah!" balas Felix dengan tegas.

Emily membuka pintu depan mobil milik Felix dan masuk ke dalam mobil tersebut. Sementara Louisa berada di kursi belakang. Mobil itu langsung melaju meninggalkan lingkungan universitas. Setibanya mereka di tempat tujuan, detak jantung Louisa terasa berdegup kencang karena dia merasa suasana di sekitarnya nanti akan terasa canggung dan serius. Ketiganya masuk ke dalam kafe dan melihat seorang wanita bermata sipit dengan wajah cantik, menatap ke arah mereka.

"Emily," tutur Angela. "Kenapa wajahmu tertekuk seperti itu?"

"Dia memaksaku untuk datang menemuimu," balasnya kesal.

Angela mengalihkan pandangannya kepada Felix dan perempuan yang berada di sebelah lelaki itu.

"Kenalkan Loui, dia Angela," seru Felix.

Louisa mengulurkan tangan kanannya untuk saling berjabat tangan dengan perempuan itu. Selepas perkenalan mereka selesai, Felix menjelaskan kedatangan mereka bertiga menemui Angela untuk meyakinkan Emily bahwa Louisa memang membutuhkan bantuan mereka mengenai kejadian-kejadian aneh di rumah perempuan itu.

"Aku melarang Felix agar pertemanan kita tidak kembali renggang seperti dulu, Angela. Kau sudah pasti paham dengan maksudku," saut Emily.

Angela mengangguk dengan kedua tangan menumpu dagunya di atas meja.

"Pertemanan kita tidak akan renggang jika kita bertiga bisa bekerjasama untuk membantu Louisa," timpal Felix.

Emily berdecak, "Hanya karena dia bertanya kepadamu mengenai hal itu dan kau langsung percaya padanya?"

"Mengenai apa?" tanya Angela.

"Kepercayaan terhadap adanya hantu," jawab mereka bersamaan.

Angela mengalihkan pandangannya ke arah Louisa yang sedaritadi hanya bisa terdiam merasakan situasi di sekitarnya.

"Apa kau tidak percaya akan keberadaan hantu?" tanya Angela pada Louisa.

Louisa menggeleng perlahan.

"Lihat bukan? Itu hanyalah akal-akalan Louisa agar bisa mendekati Felix," saut Emily.

"Tapi, kejadian aneh di rumah itu membuatku menjadi ragu akan kehadiran mereka," balas Louisa yang menoleh ke arah Emily. "Kau juga mengatakan padaku kalau pikiranku terhadap mereka bisa berubah, bukan? Lalu kenapa sekarang kau malah menuduhku seperti itu?"

Emily terdiam mendengar ucapan perempuan tersebut.

Angela terus mengamati ketiganya. Dia tahu betapa keras kepalanya Emily mempertahankan argumen perempuan itu dan terasa sulit untuk meluluhkan hatinya. Sementara Felix sendiri adalah orang yang mudah sekali terpancing apalagi menyangkut hal-hal tidak kasat mata. Angela meminta jika Louisa mengalami hal-hal aneh di rumah perempuan itu lagi, dia ingin Louisa bisa merekam aktivitas di dalam rumahnya agar bisa menjadi bukti bahwa ucapan perempuan itu benar adanya.

"Bagaimana Emily?" tanya Angela dengan pendapat darinya.

"Pastikan rekaman itu adalah rekaman asli, bukan editan hanya untuk bisa meyakinkanku kalau rumahnya memang berhantu," jawabnya.

"Baiklah, jika jawabanmu seperti itu, kita akan tunggu kelanjutan dari Louisa mengenai rekaman dari rumahnya," balas Angela.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang