"Emily."
Suara samar seorang perempuan membuatnya mengerjapkan kedua bola mata.
"Emily sadarlah," katanya lagi.
Emily membuka kedua bola matanya perlahan. Dia memperhatikan keadaan di sekitar yang tampak begitu gelap gulita. Dia tidak tahu saat ini dirinya berada di mana. Namun yang jelas, Emily sedang merasa bukan berada di dunia miliknya.
"Hi," sapa seorang perempuan bergaun putih dengan tersenyum manis.
"A--Angela?" katanya dengan nada gemetar.
Angela mengangguk perlahan.
Tanpa berbasa-basi, Emily langsung memeluk erat tubuh sahabatnya itu sembari melepaskan rasa rindu.
"Maafkan aku karena tidak bisa menemukanmu dengan cepat," kata Emily yang mulai menahan rasa sesak di dada. "Aku memang teman yang tidak berguna untukmu."
"Tidak, Emily. Aku yang meminta maaf karena telah mengabaikan peringatan darimu," balas Angela. "Terima kasih karena sudah menemukan dan mengantarku hingga sampai ke tempat peristirahatan terakhir."
"Aku sangat amat merindukanmu, Angela," ujar Emily kembali. "Aku sungguh-sungguh minta maaf."
"Jangan kau sesali apa yang berada di masalalu. Kejadian yang menimpaku sudah ada dalam takdir Tuhan." Angela melepaskan pelukan Emily. Dia menatap dalam kedua bola mata duka yang terpancarkan dari wajah sahabatnya. Emily yang tidak kuasa menahan tangisan, kembali membasahi pipinya dengan air mata. "Kau sudah berusaha keras untuk menemukan mereka dan juga aku." Angela mengusap air mata Emily menggunakan kedua ibu jarinya. "Bisakah saat ini kau menolongku?"
Emily menatap kedua bola mata lawan bicaranya.
🔱🔱🔱
Suara ketukan pintu yang terdengar membuat Louisa terkejut. Dia terdiam memperhatikan bayangan seseorang di depan pintu kamarnya.
"Loui, aku membawa makan malam milikmu. Kau sama sekali belum menikmati makanan ini," ujar nyonya Gordon.
"Aku tidak lapar!" seru Louisa dari balik pintu.
"Jika kau belum makan, ayahmu akan marah kepadaku," balasnya lagi.
"PERGILAH!" teriak Louisa.
"Aku memberimu dua pilihan Louisa," ucap nyonya Gordon. "Kau ingin menikmati makanan ini atau mati untuk menjadi hidangan selanjutnya dalam masakanku?"
Louisa terdiam mendengar ancaman yang dilontarkan oleh ibu tirinya itu.
"Aku letakkan makan malam ini di depan pintu kamarmu," seru wanita tersebut.
Louisa melihat bayangan nyonya Gordon mulai menghilang pertanda wanita itu sudah menjauhi kamarnya. Dia juga mendengar suara langkah kaki seseorang yang menuruni anak tangga dan terdengar semakin samar.
Dia yang merasa ketakutan, hanya bisa meringkuk di dalam kamarnya. Louisa tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di rumah tersebut. Dia juga merasa bahwa sang ayah belum kembali sampai saat ini. Saat sedang merasa cemas, kedua bola matanya menatap ke arah sela bawah pintu begitu mengetahui ada orang lain yang berdiri di depan kamar Louisa.
Ketukan pintu kamar mulai terdengar perlahan dan semakin lama semakin bertempo cepat.
Seseorang yang berada di depan kamar Louisa kini meraih gagang pintu kamarnya. Dia melihat gagang itu berputar secara perlahan.
"Aku tau kau sedang berada di dalam." Suara serak seorang wanita terdengar dari balik pintu.
Itu bukanlah suara milik nyonya Gordon.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret Stalker
Horror"Setiap part selalu dibuat penasaran." - TSS's Readers. HIGHEST RATING: #2 in HORROR-THRILLER [13/06/20] #3 in PENGUNTIT [06/07/20] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [4]: Louisa Gordon. "Hey, let's play together." ["Hey, ayo bermain bersama."]...