Cuaca hari ini tampak cerah. Langit yang terbentang luas begitu terlihat indah. Felix memberhentikan mobilnya di parkiran kendaraan.
Dia menoleh ke arah jok yang berada di sebelahnya. Sebuket bunga mawar berukuran besar menghiasi jok mobil tersebut. Tampak ulasan senyum manis terlihat di bibirnya manakala menatap buket bunga yang dia persiapkan khusus itu.
"Aku harap dia menyukainya," ujar Felix perlahan.
Dia meraih buket bunga itu lalu memutuskan untuk keluar dari mobil. Dengan mengenakan jas berwarna biru dongker, sepatu coklat bermodel oxford shoes, dan kacamata berwarna hitam, dia harus tampil rapi di hadapan seorang perempuan nanti.
Lahan hijau terlihat di sisi kanan dan kiri saat Felix memutuskan untuk memasuki pemakaman umum tersebut. Setibanya di sebuah makam dengan batu nisan bertulis nama Angela Feng, Felix segera berjongkok di sana dan meletakkan buket bunga itu untuk sahabatnya.
"Hi," sapa Felix dengan tatapan mengarah pada batu nisan tersebut. "Apa kabar?" Tangannya mulai mengelus perlahan nama Angela yang terukir di batu nisan. "Kau pasti tau kedatanganku ke sini selain untuk melepas rasa rindu, melainkan karena aku ingin mengeluarkan keluh kesahku kepadamu."
Felix menghela napas sejenak dengan wajah yang bimbang. "Apakah aku akan terlihat seperti lelaki pengecut jika perlahan aku mulai menyukai Louisa?" Dia menundukkan kepalanya. "Apa yang harus aku lakukan? Aku belum bisa sepenuhnya melepas perasaanku pada Emily. Maksudku, terkadang kita selalu saja menghabiskan waktu bersama dan hal itu membuatku menjadi bimbang." Felix menelan ludahnya. "Hanya kau yang bisa dan selalu memberiku nasihat agar aku tidak terjebak dalam perasaanku sendiri. Jika memang melupakan seseorang harus dengan cara menyukai orang lain, maka akan aku lakukan untuk itu."
Felix menundukkan kepalanya lagi dengan pandangan mengarah pada pakaian yang dia kenakan saat ini. Dia tertawa kecil seakan telah mendengar suara Angela di dalam kepalanya.
"Ya, kau ingat jas ini, bukan? Jas yang harusnya kukenakan saat hari pernikahanmu nanti di masa depan," ledeknya. "Maafkan aku karena pada saat itu aku tidak melarangmu untuk keluar dari rumah sakit Saint Joseph dengan tegas. Jika waktu bisa kuputar kembali di mana saat kau meminta izin denganku untuk mencari udara segar, aku akan melarangmu detik itu juga. Aku juga tidak bisa meninggalkan Louisa atas perintah Emily. Kau tau, Emily pasti memiliki alasan tersendiri untuk itu."
Felix menatap jam tangan yang menunjukkan pukul 09.30 pagi. "Oh? Aku harus menjemput Louisa. Dia memintaku untuk menghampirinya. Kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti Angela. Kumohon datanglah ke mimpiku malam ini agar aku bisa mendengar nasihatmu." Dia bangkit dan menatap makam Angela. "Aku menyayangimu."
🔱🔱🔱
Daniel memberhentikan mobilnya di kediaman rumah keluarga Dawson karena Emily ingin mengambil barang-barang yang dia perlukan di dalam kamar. Suasana di kediaman rumah itu masih tampak ramai akan para polisi yang berjaga di luar. Saat masuk ke dalam rumahnya, dia melihat garis polisi yang sudah memblokir tangga menuju lantai dua agar tidak ada satupun orang awam yang dapat memasuki tempat kejadian perkara itu.
Emily membuka pintu kamarnya dan menutup kembali pintu tersebut. Dia merapikan buku-buku yang pernah dia gunakan untuk mencari asal-usul dari Railey agar dia bisa meneliti garis keturunan itu lebih lanjut saat nanti tiba di kediaman rumah bibinya.
Setelah semua barang yang diperlukan masuk ke dalam tas, Emily segera keluar dari dalam kamar. Langkah perempuan itu terhenti ketika dia merasakan ada sesuatu yang janggal sesaat melewati tangga rumahnya.
Emily menoleh ke atas.
Dia melihat seseorang berjalan perlahan yang terlihat seperti mendiang Luna. Karena penasaran, Emily memutuskan untuk memasuki batas garis polisi agar dia bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di lantai dua rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret Stalker
Horror"Setiap part selalu dibuat penasaran." - TSS's Readers. HIGHEST RATING: #2 in HORROR-THRILLER [13/06/20] #3 in PENGUNTIT [06/07/20] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [4]: Louisa Gordon. "Hey, let's play together." ["Hey, ayo bermain bersama."]...