XXXII

436 73 9
                                    

"Louisa?" Kedua bola mata Emily membulat.

"Apa kau datang untuk menjemputku?" tanyanya dengan wajah penuh harapan.

"Apa yang terjadi denganmu, Louisa?" balas Emily.

"Dia menahanku saat aku hendak mencari keberadaan adikku," jawab Louisa. "Aku terjebak di sini dan tidak bisa menemukan jalan keluar."

"Aku akan membantumu keluar dari tempat ini," ujar Emily.

"Tidak Emily. Kau harus membantuku mencari keberadaan adikku," pinta Louisa.

"Kau akan terjebak selamanya jika aku tidak bisa membantumu sekarang ini," balasnya.

Louisa tersenyum. "Kau pasti tau bahwa hanya separuh jiwaku yang berada di sini. Aku akan kembali seutuhnya jika aku sudah berhasil menemukan adikku."

"Kau tidak bisa melakukan hal itu, Louisa," ungkapnya.

"Aku tidak mempunyai pilihan lain, Emily. Dia adalah adikku satu-satunya dan aku harus mencari keberadaannya."

"Apa yang harus kulakukan untuk membantumu?" tanya Emily dengan ekspresi begitu khawatir.

Louisa meletakkan lenteranya di atas tanah selepas itu menggenggam kedua tangan Emily. Emily sendiri bisa merasakan dinginnya kedua tangan tersebut hingga membuat detak jantungnya berdegup kencang.

"Aku tidak ingin selamanya terjebak di dunia ini. Saat ini, jiwaku terbagi menjadi dua dan hanya kau yang mampu melihat bahwa ada banyak sekali arwah yang ingin mendiami tubuhku. Bisakah kau menjagaku dan membantuku di dunia nyata selagi aku mencari keberadaan adikku di sini?" tanyanya.

"Akan kulakukan," jawab Emily.

"Rahasiakan mengenai hal ini pada orangtuaku dan orang lain," pinta Louisa.

Emily mengangguk perlahan.

Louisa terdiam sejenak. 

Kepalanya menonga dengan kedua bola mata yang terus mengarah ke sekitar. Seperti akan ada seseorang yang datang, Louisa segera melepaskan genggaman tangannya dari Emily dan meraih kembali lentera yang berada di atas tanah tersebut.

"Kembalilah dan jangan pernah datang ke tempat ini lagi," ungkap Louisa yang mendorong kencang tubuh Emily dengan tangan kanannya hingga Emily terpental ke belakang.

Emily langsung melepaskan tangannya yang sempat menyentuh tangan kanan Louisa. Kedua bola matanya membulat menatap tubuh lemah Louisa di atas ranjang rumah sakit. Dia menoleh ke jendela ruang rawat. Beberapa makhluk menyeramkan sedang memperlihatkan kehadiran mereka. Bukan hal biasa bagi Emily begitu mengetahui keberadaan makhluk-makhluk tersebut.

Meskipun mereka memiliki wajah hancur, bermata tajam, bermulut robek, memiliki tubuh tidak sempurna, atau lebih seram dari yang pernah dia temukan, Emily tidak pernah merasa memiliki ketakutan berlebih. Hanya saja terkadang dia merasa terkejut akan kehadiran mereka yang bisa datang secara tiba-tiba.

Makhluk-makhluk itu hanya dapat berkumpul di depan ruang rawat Louisa dan tidak berani untuk masuk ke dalam karena keberadaan Emily itu sendiri. Emily menoleh ke arah Louisa dengan tatapan iba. Tidak lama setelah itu, pintu ruang rawat terketuk dari luar hingga membuatnya menoleh ke arah sumber suara bersamaan dengan hilangnya makhluk-makhluk tidak kasat mata tersebut.

Seorang dokter yang tidak Emily ketahui namanya, datang mendekati ranjang rumah sakit untuk memeriksa kondisi Louisa. Setelah Louisa diperiksa, dokter tersebut menatap Emily dan baru menyadari bahwa perempuan yang berada di ruangan tersebut merupakan anak dari salah satu dokter yang bekerja di rumah sakit Saint Joseph.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang