XLIX

380 61 19
                                    

Louisa duduk di tepi ranjang menghadap jendela kamar yang sudah dibuka olehnya. Dia menghela napas sejenak. Pagi ini, dia akan berangkat ke universitas namun dia merasa berat untuk melangkah ke tempat tersebut mengingat sikap aneh Ella. Saat sedang termenung, dia mendengar suara deru mesin mobil hingga membuatnya segera berdiri mendekati jendela kamar.

Felix sudah memberhentikan mobilnya di depan rumah Louisa. Louisa yang melihat keberadaan Felix, segera menutup jendela kamar lalu melangkah menghampiri temannya di luar. Kedatangan Louisa membuat Felix hanya bisa menatap perempuan itu dari dalam mobil sampai Louisa masuk ke kendaraan tersebut.

"Bukankah kita akan bertemu siang nanti?" tanya Louisa.

"Kubatalkan. Sepertinya lebih baik kita datang ke sekolah lamaku pagi ini," jawab Felix.

"Memang, apa yang sedang terjadi sebenarnya?" tanya Louisa kembali.

Felix menghela napas perlahan dan setelah itu mesin mobil mulai terdengar. "Angela sudah ditemukan. Namun dengan keadaan yang benar-benar diluar dugaan kami."

Louisa terlihat begitu antusias mendengar cerita yang sedang disampaikan oleh lelaki di sampingnya.

"Dia ditemukan dalam keadaan hanya tersisa tulang-belulang oleh Emily sendiri."

"APA?!" Mulut Louisa membulat sempurna. "Bagaimana bisa?"

"Aku tidak tau kejadian yang sebenarnya karena aku belum bisa menanyakan perihal tersebut kepada Emily." Felix terus mengendarai mobilnya. "Dia masih terlihat syok dengan berita itu."

"Aku turut berduka cita atas kematian Angela."

"Terima kasih, Louisa," balas Felix.

🔱🔱🔱

Emily terus mengendarai mobilnya dengan otak yang sedang berpikir. Dia masih tidak menyangka akan reaksi ibunya begitu mengetahui bahwa diam-diam Emily memiliki teman tidak kasat mata. Disamping itu juga, hari ini Emily tidak tahu di mana keberadaan Dommy. Dia juga tidak merasakan kehadiran dari makhluk itu hingga membuatnya merasa khawatir.

Apa mama tidak bisa marah karena dia tau bahwa Dommy adalah seorang anak kecil? gumam Emily. Kemudian dia berdecak kecil. Ah tidak mungkin. Kalau memang dia tidak marah jika mengetahui tentang Dommy, mengapa dia sangat marah saat mengetahui tentang Abigail dan Clancy? Mereka pun sama halnya dengan Dommy. Sungguh sangat tidak masuk akal.

Setelah berada dalam perjalanan, mobil sedan itu berhenti di parkiran universitas yang tidak terlihat begitu ramai. Emily segera keluar dari dalam mobilnya dan berjalan memasuki gedung tersebut. Dia terus melangkahkan kakinya masuk ke salah satu koridor yang begitu sepi. Langkah kaki Emily bisa terdengar di kedua telinganya hingga dia berhenti sejenak. Emily menatap ke sekeliling. Perasaan perempuan itu menjadi ganjil sesaat dia berpikir bahwa ada seseorang yang sedang menguntitnya dari belakang.

Tanpa Emily sadari, seorang berjaket hitam bersembunyi dari balik koridor dan membiarkan perempuan itu melangkah masuk ke koridor lainnya.

Luke dan Owen sudah tiba lebih dulu di lokasi kejadian sebelum Mia. Tidak lama setelah mereka keluar dari dalam kendaraan, mereka melihat mobil Mia berjalan mendekat selepas itu berhenti. Mia keluar dari dalam mobilnya dan berjalan menghampiri kedua asisten wanita tersebut.

"Bagaimana tanggapannya mengenai makhluk yang mendatangimu semalam?" tanya Luke.

"Dia tampak terkejut dan aku juga tidak banyak berbicara. Melihat responnya saja aku bisa mengetahui kalau Emily memang menyembunyikan teman tidak kasat matanya dariku sudah sejak lama," jawab Mia sembari terus melangkahkan kaki menuju hutan.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang