LXII

360 67 68
                                    

Yang belum follow aku tapi menikmati TSS secara diam-diam, aku cuma mau bilang, Tega kalian:')

🔱🔱🔱

Louisa tersadar saat semalam dia ditemukan berada di lantai kamar oleh tuan Gordon. Dia menoleh ke arah pria yang sedang duduk di tepi ranjangnya itu. Louisa mengerjapkan kembali matanya berulang kali hingga merasakan kepalanya sedikit pusing.

"Kau baik-baik saja?" tanya tuan Gordon cemas.

"Aku rasa--iya," jawabnya sedikit ragu.

"Bagaimana kau bisa sampai tertidur di atas lantai kamar?" tanya pria itu lagi.

"Aku?" tunjuknya heran.

"Iya," balas tuan Gordon.

Belum sempat Louisa menjawab ucapan tuan Gordon, mereka mendengar pintu kamar Louisa terketuk dari luar. Nyonya Gordon berdiri di ambang pintu dan mengatakan bahwa sarapan pagi untuk mereka telah tersedia. Tuan Gordon menoleh kembali ke arah Louisa.

"Jika kau merasa kelelahan, kau bisa izin untuk tidak masuk sekolah," ujar tuan Gordon.

"Tidak-tidak," katanya sembari menyibakkan selimut tebal milik Louisa. "Aku akan bersiap-siap sekarang."

🔱🔱🔱

Emily dan Felix sudah lebih dulu tiba di lingkungan universitas. Mereka tidak sengaja berpapasan dengan Luna yang terlihat tampak memberikan sorot mata tajam seakan membenci kehadiran mereka. Emily hanya bisa menatap dengan heran. Tidak lama setelah itu, Emily mendengar tuan Chapman memanggil namanya dari ujung koridor. Pria itu melambaikan tangan bermaksud agar Emily segera masuk ke dalam ruangannya.

Felix dan Emily memutuskan untuk berpisah di pertengahan koridor. Tuan Gordon memberhentikan mobilnya tepat di depan gedung universitas. Louisa turun dari dalam mobil ayahnya dan berpapasan dengan seorang perempuan yang pernah mati-matian mengejar Felix. Perempuan itu menatap Louisa dengan sangat sinis hingga membuat Louisa hanya bisa mengernyitkan dahi dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruang kelas.

Emily sudah duduk di ruang kerja tuan Chapman. Dia menatap pria bertubuh gemuk itu sedang membelakangi dirinya karena tengah sibuk mengambil beberapa berkas pada laci kayu. Setelah dirasa pria itu menemukan apa yang dicari, tuan Chapman berbalik arah dan meletakkan berkas tersebut ke atas meja miliknya.

"Ini adalah data milik Jack, mendiang Selena, Nathan, dan juga Cassie," tunjuknya.

Emily menatap berkas tersebut kemudian beralih pada lawan bicaranya.

"Kenapa data milik Jack dan Nathan ada bersamamu?" tanya Emily.

"Fakultasnya memberikan berkas itu kepadaku," jawab tuan Chapman. "Aku ingin kau membakarnya."

"Membakarnya?" Emily menatap heran.

"Benar. Mereka sudah tidak ada. Aku juga sudah mengeluarkan Jack terkait sikap buruknya sebagai seorang mahasiswa di universitas ini." Tuan Chapman menggeleng perlahan sembari berjalan menuju jendela ruangan dengan kedua tangan yang menyatu ke belakang. "Tidak kusangka dia bisa mencelakakanmu dan menjadi tersangka dari kasus penculikan serta pembunuhan di sudut kota itu."

"Dari mana kau bisa mengetahui kalau dia mencelakakanku, tuan?" tanya Emily heran.

Pria itu menoleh. "Egh?"

"Dari mana kau bisa mengetahui kalau dia telah mencelakakanku?" tanyanya lagi.

"Memangnya aku mengatakan hal seperti itu?"

"Iya," ucap Emily mengangguk.

"Sepertinya kau salah dengar." Tuan Chapman menghampiri kembali kursi ruang kerjanya. "Jangan lupa bakar semua berkas itu dan berikan bukti abunya kepadaku."

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang