XXI

499 66 6
                                    

Sementara itu di ruangan tempat Louisa dirawat, nyonya Gordon masih setia menunggu anaknya tersadar setelah dia selesai memberikan asi untuk Lucas dan memberikan makan untuk Ella. Louisa mengerjapkan matanya dengan perlahan lalu menatap ke arah nyonya Gordon.

"Louisa, kau sudah tersadar. Apa kau ingin minum sesuatu?" tanyanya dengan kepala yang menoleh mencari air mineral untuk perempuan itu.

"Di mana ayahku?" balas Louisa.

"Ayahmu masih bekerja di luar kota, Loui," tuturnya.

Louisa menghela napas, "Tidak bisakah kau menghubungi ayah untuk mendatangiku?"

Wanita itu terdiam sejenak kemudian dia menjelaskan bahwa dirinya tidak bisa menghubungi tuan Gordon terkait kondisi Louisa karena nyonya Gordon tidak ingin suaminya menyelesaikan pekerjaan dengan terburu-buru hingga sampai pria itu tidak bisa fokus bekerja. Penjelasan yang sudah dilontarkan oleh nyonya Gordon membuatnya berharap agar Louisa mau mengerti keadaan mereka. Nyonya Gordon juga meyakinkan bahwa dirinya mampu membantu Louisa untuk bisa sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa.

"Meski kau belum bisa menerimaku sebagai ibumu, kumohon berikan aku kesempatan untuk membuktikannya," pinta nyonya Gordon dengan wajah memelas.

"Bantu aku untuk pergi ke toilet," balas Louisa yang mengalihkan pembicaraan.

Nyonya Gordon langsung membantu Louisa untuk bangkit dari ranjangnya dan membopong perempuan tersebut ke toilet rumah sakit. Dengan berjalan sedikit tertatih karena Louisa masih merasakan sakit di kedua kakinya, nyonya Gordon terus membantu perempuan itu hingga mereka tiba di toilet rumah sakit.

🔱🔱🔱

Suara ketukan pintu yang terdengar di depan ruang kerja Mia, membuat wanita yang sedang menatap layar komputer tersebut segera menghentikan aktivitasnya dan melihat seseorang berjalan masuk menghadapnya.

"Ada apa kau mendatangi ruanganku sepagi ini?" tanya Mia pada Rebecca.

Rebecca memberikan berkas pasiennya kepada Mia, "Ada hal yang aneh dari salah satu pasienku."

Mia mengambil berkas tersebut dan membukanya. Berkas yang berisi lembaran hasil pemeriksaan berikut dengan hasil foto rontgen, membuatnya mengernyitkan dahi.

"Kau masih ingat pasien yang kuceritakan kemarin?"

Mia menatap kedua mata Rebecca dengan mengangguk.

"Hari ini, aku menemukan kaki kanannya membengkak dan membiru tanpa sebab. Aku langsung melakukan pemeriksaan rontgen pada pria tua tersebut dan hasilnya, tulang pada kakinya terlihat retak," jelas Rebecca.

"Kau sudah bertanya apa penyebab tulang kaki pria tua itu mengalami keretakkan?" tanya Mia.

"Sudah Mia." Rebecca mengangguk, "Dia berkata padaku kalau dia mimpi terjatuh dari tebing hingga menyebabkan kakinya membiru."

"Jika memang penyebab kakinya membiru karena terjatuh di dalam mimpi, dirasa sangat mustahil jika sampai mematahkan tulang kakinya di dunia nyata," ungkap Mia.

"Itulah yang aku pikirkan," balas Rebecca dengan kedua bola mata membulat dan jari telunjuk yang berada di hadapannya.

Mia terdiam dengan otak yang sedang berpikir. Dia kembali menatap lembaran hasil pemeriksaan di atas mejanya.

"Apakah kau sudah menghubungi pihak keluarga terkait dengan kejadian ini? Aku takut kalau mereka akan beranggapan bahwa rumah sakit kita tidak bisa memeriksa pasien dengan baik dan benar," tutur Mia.

"Sudah. Aku sudah menghubungi kerabat dari pria tua itu namun tidak ada satupun dari mereka yang menjawab panggilan masuk dariku," jawabnya.

Mia menghela napas sejenak. Kedua tangannya berada di atas meja bermaksud untuk memangku dagu miliknya.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang