XIII

492 63 7
                                    

Keesokkan paginya, Louisa berdiri di depan cermin kamar dengan tatapan mengarah pada pipi kirinya yang membiru. Dahinya mengernyit heran begitu melihat pipi tersebut. Dia mendekatkan wajahnya pada pantulan cermin dengan tangan yang menyentuh perlahan pipinya. Louisa berdiri tegak dan menoleh ke belakang begitu dia mendapati Ella yang sedang berdiri di tepi ranjang menatap ke arahnya dengan heran.

"Louisa? Apa kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir. "Kenapa pipimu membiru seperti itu?"

"Ini?" balas Louisa. "Aku baik-baik saja. Wajahku tidak sengaja terbentur salah satu benda di dalam kamar mandi," lanjutnya berbohong. "Ayo, aku antar kau kembali ke dalam kamar sebelum kita berangkat ke sekolah."

Setelah mengantarkan Ella masuk ke dalam kamar, dia tidak sengaja bertemu dengan nyonya Gordon yang baru saja keluar dari dalam kamar wanita itu. Melihat keberadaan Louisa dengan pipi kiri yang membiru, tentu membuat nyonya Gordon langsung terlihat panik.

"Loui?! Apa yang terjadi denganmu?" ucapnya dengan menyentuh dagu milik Louisa.

Louisa menepis kasar tangan wanita tersebut dan berdecak kecil, "Jangan menyentuhku. Ini bukan urusanmu dan aku baik-baik saja."

"Akan kuambilkan obat memar di dalam kamarku," katanya terburu-buru.

"Aku bilang aku baik-baik saja!" gretak Louisa.

Nyonya Gordon terdiam melihat sikap perempuan muda di hadapannya.

"Kau tidak perlu berpura-pura bersikap baik seperti itu kepadaku setelah apa yang kau lakukan pada Ella. Aku tidak akan tinggal diam jika aku mendapatimu memarahinya lagi meski kau adalah seorang nyonya Gordon di rumah ini," balas Louisa yang segera berbalik arah.

"Louisa." Suara nyonya Gordon membuatnya berhenti melangkah dan menoleh ke belakang. "Sampai kapan kau mau bersikap dingin dan kasar seperti ini padaku?"

"Sampai kau mati," ungkapnya kesal.

🔱🔱🔱

Di ruang makan rumah keluarga Gordon, Ella sudah duduk di kursi miliknya lebih dulu daripada Louisa tidak lama setelah tuan Gordon berada di ruangan tersebut. Kedatangan Louisa dengan perban yang menutupi pipi kirinya, membuat tuan Gordon menatap wajah anak perempuan tersebut.

"Loui? Kenapa kau memperban pipi kirimu?" tanyanya heran.

"Pipiku terbentur benda tumpul di dalam kamar mandi," jawab Louisa tanpa menoleh ke arahnya.

Tuan Gordon menghela napas, "Kau masih saja bisa bersikap ceroboh."

"Jangan berkata seperti itu pada Louisa. Bisa saja dia terpeleset saat sedang berjalan keluar dari dalam kamar mandi," saut nyonya Gordon.

Tuan Gordon terdiam mendengar ucapan nyonya Gordon begitu pula dengan Louisa. Louisa tetap fokus menikmati sarapan paginya sebelum keluarga tersebut melakukan aktivitas mereka masing-masing.

Universitas tempat Louisa menimba ilmu terlihat cukup ramai dari biasanya. Louisa berjalan memasuki lingkungan tersebut setelah diantar oleh ayahnya menggunakan mobil pribadi. Keberadaan Louisa kembali menjadi sorotan di sebuah koridor yang sedang dia lintasi saat ini.

"LOUISA!"

Suara lantang Selena dari belakang, berhasil membuat Louisa menoleh ke arah sumber suara. Selena datang mendekat dan langsung merangkul pundak Louisa layaknya teman dekat. Louisa sendiri secara spontan memberikan ekspresi terkejut atas tindakan Selena karena perempuan itu masih merasa tidak nyaman jika memang Selena terbukti adalah perempuan penyuka sesama jenis. Apalagi dari cara berpakaian Selena yang terlihat seperti seorang laki-laki, membuat Louisa harus selalu bersikap waspada saat bersamanya.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang