XX

517 68 11
                                    

"Apa kau akan bertugas sampai malam hari?" Mia mengalihkan pembicaraan.

Rebecca mengangguk, "Iya. Ada salah satu pasien yang tidak bisa kutinggalkan begitu saja dan aku harus memantau perkembangannya."

"Memangnya di mana keluarga pasien itu?" Mia mengernyitkan dahinya.

"Entahlah." Dia berdecak kecil, "Anak-anaknya terlihat acuh sesaat orangtua mereka masuk ke dalam rumah sakit."

"Kasihan sekali pasien itu. Ya sudah, kalau begitu aku akan pulang ke rumah karena Emily sudah pasti sedang menungguku," balas Mia yang meraih tasnya di atas meja.

Rebecca ikut berjalan di samping wanita tersebut karena dia sendiri akan pergi ke meja resepsionis. Setibanya mereka di lobi rumah sakit, Mia berjalan keluar menuruni anak tangga untuk menghampiri mobilnya yang terparkir di parkiran kendaraan sementara Rebecca berdiri di depan meja resepsionis untuk meminta data mengenai pasien lainnya. 

Nyonya Gordon yang berada di ruangan khusus penitipan anak-anak, terlihat sedang menyusui anaknya seorang diri. Di dalam ruangan putih berbentuk kotak tersebut, dia menyenderkan punggungnya dengan tatapan mengarah pada tembok berwarna putih polos. Pikirannya saat ini entah sedang berada di mana. Raut wajahnya terlihat begitu lelah hingga dia mengalihkan pandangannya pada Lucas yang telah tertidur dalam dekapan.

Setelah selesai menyusui Lucas, nyonya Gordon berjalan keluar dan meletakkan Lucas pada ruangan lain di dalam box bayi. Dia melihat ada beberapa anak bayi sedang tertidur pulas di dalam box yang berbeda. Wanita itu menutup kembali pintu ruangan tersebut dan berjalan mendekati Ella yang sedang duduk di kursi anak bersama dengan boneka beruangnya.

"Kau sedang bermain apa?" tanya nyonya Gordon.

"Pesta teh bersama Berry," jawab Ella yang mengangkat teko kecil berwarna merah muda.

"Berry?" Nyonya Gordon tersenyum dengan sedikit mengernyit.

Ella menggangguk, "Dia bernama Berry."

"Apa kau yang memberi nama dia Berry?" balas nyonya Gordon.

"Tidak. Tapi Railey," jawab Ella yang masih sibuk bermain dengan boneka beruang tersebut.

"Teman sekelasmu?" tanya nyonya Gordon kembali.

Ella tidak menjawab pertanyaan wanita tersebut dan lebih memilih untuk tetap fokus bermain. Melihat sikap Ella membuat nyonya Gordon mengatup bibirnya ke dalam. Dia bangkit untuk menjauhi Ella karena dirinya akan kembali menghampiri ruangan Louisa untuk melihat kondisi perempuan itu. Sebelum pergi meninggalkan ruangan tersebut, nyonya Gordon meminta pada salah satu perawat untuk mengawasi putri kecilnya karena dia akan pergi dalam beberapa menit ke depan. Perawat itu mengangguk tanda mengerti dan nyonya Gordon segera pergi meninggalkan ruang khusus penitipan anak.

Setelah tiba di depan ruang rawat dan melihat kondisi Louisa yang masih dalam keadaan baik-baik saja, nyonya Gordon memutuskan untuk duduk di kursi koridor. Waktu terus berputar dan tanpa sadar nyonya Gordon terlelap di depan ruang rawat milik Louisa. Sementara Louisa sendiri yang sedaritadi tertidur di atas ranjang, merasakan hawa di sekitarnya terasa dingin hingga membuat jari-jemarinya terasa sulit untuk digerakkan. 

Louisa mengernyitkan dahinya dengan mata yang sedikit mengerjap.

Dia bisa merasakan jiwanya berada di sebuah tanah lapang yang gelap dengan banyaknya kepulan asap berwarna abu-abu keputihan. Louisa yang masih mengenakan pakaian pasien, berdiri tegak seorang diri. Dia mengamati keadaan di sekitarnya. Tidak ada siapapun selain dirinya di tempat asing tersebut. 

Suara burung gagak hitam yang tiba-tiba terdengar, membuatnya tetap mematung hingga tidak lama setelah itu, Louisa mendengar suara lirih Ella yang memanggil namanya.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang