XXIII

546 64 68
                                    

Di rumah sakit Saint Joseph, Mia kedatangan dua orang asistennya yakni Owen dan Luke untuk memberikan laporan terbaru mengenai kasus penculikan serta pembunuhan yang masih menjadi misteri di salah satu sudut kota Colorado.

"Dari hasil analisa yang bisa kami simpulkan, sepertinya kasus tersebut tidak akan jauh dari sekte-sekte yang pernah kita bongkar, Mia," ucap Luke.

"Sekte lagi?" Mia membulatkan kedua bola matanya seakan sudah merasa bosan jika memang harus dihadapkan dengan kasus yang sama seperti kasus sebelumnya. Wanita itu melenguh.

Owen menganggukkan kepalanya, "Ini hanya perkiraan kami saja karena pada saat aku dan Luke melakukan investigasi di sekitar hutan tempat ditemukannya mayat seorang perempuan muda, tidak jauh dari lokasi itu kami melihat sebuah guci berwarna cokelat berada di atas meja yang memiliki beberapa kelopak bunga mawar berwarna hitam bertaburan dan juga kepala seekor kambing berwarna hitam."

Luke langsung memberikan bukti foto-foto yang sudah diambil olehnya kepada Mia. Mia sendiri dengan cepat mengamati bukti yang berada di hadapannya dengan kedua telinga terus mendengar laporan dari kedua asistennya.

"Jika memang hasil yang kami analisa adalah benar, apa kau yakin akan tetap melanjutkan untuk mencaritahu mengenai kasus ini, Mia?" tanya Luke.

"Benar. Semua keputusan berada di tanganmu. Kasus ini juga terlihat tidak kunjung usai dan tanpa sadar, kita sudah menghabiskan waktu 8 bulan untuk berusaha mengungkapnya," saut Owen.

Mia menarik napas kemudian merapikan foto-foto itu kembali. "Nanti akan kuputuskan mengenai kasus itu. Sekarang, kembalilah ke rumah kalian masing-masing untuk beristirahat. Tiga hari mendatang, aku akan menghubungi kalian lagi."

"Kabarkan kami jika kau ingin mengunjungi lokasi kejadian. Aku dan Owen akan siap mendampingimu," seru Luke.

"Baiklah," ucapnya tersenyum. "Terima kasih."

🔱🔱🔱

Di universitas tempat Louisa berada, perempuan itu terlihat sedang duduk seorang diri sambil menikmati cahaya mentari pagi yang menyinari lingkungan sekitarnya. Kedua bola matanya menyipit sesaat melihat aktivitas para pelajar dari tempatnya duduk.

"Louisa."

Suara sapaan itu membuatnya menoleh. Dia mendapati kehadiran Emily yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berada. Perempuan itu terlihat tersenyum ke arahnya lalu memutuskan untuk duduk di samping Louisa.

"Aku pikir kau tidak akan masuk lagi," tutur Emily.

"Aku memang berniat seperti itu. Tapi di sisi lain, aku juga tidak ingin seharian penuh berada di dalam rumah," jawab Louisa.

"Kenapa?" tanyanya menoleh.

"Aku tidak suka dengan kehadiran ibu tiriku. Melihat wajahnya saja membuatku ingin meluapkan seluruh emosi. Itu sebabnya aku lebih memilih untuk pergi dari rumah," seru Louisa.

Emily terdiam dan hanya bisa memberikan anggukan kepala perlahan untuk temannya. 

Keduanya nampak menikmati keadaan di sekitar mereka sambil menunggu bel masuk berbunyi. Angin pagi mulai berhembus secara perlahan hingga membuat kedua bola mata Emily terpejam. Ponsel milik Louisa yang berbunyi, membuat Emily langsung menoleh ke arah temannya itu. Setelah Louisa selesai berbicara dengan seseorang dari seberang telepon, dia pun mengatakan kepada Emily bahwa Felix sedang mencari keberadaan perempuan itu dan sedang menunggunya di ruang kelas. Emily segera bangkit meninggalkan Louisa untuk menghampiri Felix. Sementara Louisa sendiri masih duduk di tempat tersebut sambil mengamati langkah Emily yang berjalan semakin menjauh.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang