Suara gesekkan ban mobil terdengar saat melintasi sebuah tikungan. Felix terus mengendarai mobil Emily untuk mengantarkan Louisa kembali ke rumahnya. Di sepanjang jalan, suasana di dalam mobil itu terus saja terasa hening karena Emily dan Louisa memutuskan untuk terdiam dengan hal-hal yang sedang berada dalam pikiran mereka masing-masing.
Felix memberhentikan mobilnya di depan pekarangan rumah Louisa hingga membuat Louisa menatap lurus ke depan. Emily sendiri langsung merubah posisi duduknya dengan badan yang sedikit mencondong ke depan untuk melihat kondisi rumah itu. Emily melihat ke arah sebuah jendela yang berada di lantai dua rumah itu, terdapat seorang anak kecil yang sedang berdiri melihat ke arah mobil mereka.
Setelah Louisa turun dari dalam mobil, Felix segera memutar stir mobilnya untuk berbelok meninggalkan kediaman rumah tersebut. Setelah mobil itu menjauh, Louisa berjalan membuka pintu rumahnya dan langsung mengarahkan kakinya menuju lantai dua. Setibanya Louisa di atas, dia melihat Ella menoleh ke belakang dengan kedua tangan yang memeluk boneka beruang tersebut.
"Kau baru pulang?" sapa Ella berjalan perlahan mendekati kakaknya.
"Iya. Di mana ayah?" tanya Louisa dengan tangan yang mengeluarkan kunci kamar dari dalam saku celananya.
"Ada di dalam kamarnya," balasnya.
Pintu kamar Louisa terbuka dengan lebar hingga membuat Ella mengintip sedikit ke dalam kamar tersebut dan kembali menatap kakaknya. Louisa mengajak Ella untuk masuk namun Ella menolak dengan gelengan kepala. Anak tersebut berbalik arah menuju kamarnya. Setelah kepergian Ella, Louisa memutuskan untuk masuk ke dalam kamar agar bisa beristirahat sejenak.
🔱🔱🔱
Emily menoleh ke arah Felix yang masih mengendarai mobilnya dan kembali menatap lurus ke depan. Sikap Emily membuat Felix menatap perempuan itu sesaat mobil mereka berhenti karena lampu merah.
"Ada apa denganmu Emily?" tanyanya khawatir. "Sedari tadi aku perhatikan baik kau ataupun Louisa, hanya bisa terdiam setelah kepulangan kita dari rumah sakit jiwa itu. Aku tidak tau apa yang sedang kalian pikirkan saat ini."
Emily menghela napas. "Aku juga tidak tau."
"Aku yakin ada sesuatu yang mempengaruhi pikiranmu saat ini." Felix menancapkan gasnya kembali. "Saat kau melihat ruangan Selena, apa yang sudah kau dapatkan?"
Perempuan itu menoleh dengan dahi mengernyit. "Apa maksudmu?"
"Kau pasti bisa merasakan atau mungkin melihat ada sesuatu yang tidak beres dengan perempuan itu, bukan?" sangkalnya.
Dia terdiam menatap kembali lurus ke depan.
"Aku merasa Selena seperti teman SMA kita yang mengalami hal serupa," kata Felix kembali.
"Nelson maksudmu?" tanya Emily memastikan.
Felix menganggukkan kepalanya perlahan.
Ucapan Felix membuatnya berpikir sejenak. Jika memang Felix mengaitkan kejadian yang menimpa Selena sama seperti kejadian yang menimpa Nelson di masalalu, itu berarti secara tidak langsung, mereka semua akan kembali ke masa tersebut hingga besar kemungkinan dapat menimbulkan korban jiwa yang berjatuhan.
Emily mencoba menepis pikiran itu jauh-jauh karena dia tidak ingin berpikir terlalu dalam mengenai kejadian yang menimpa Selena. Felix memberhentikan mobilnya di parkiran universitas setelah mereka tiba di tempat tersebut untuk mengambil mobil Felix yang masih terparkir. Setelah Felix keluar dari dalam mobil Emily, mereka segera berpisah di tempat itu karena langit akan terlihat semakin gelap.
Sementara itu di kediaman rumah keluarga Gordon, mereka yang sedang sibuk menyantap makanan lezat di atas meja makan. Louisa menoleh ke arah ayahnya dengan mulut yang masih mengunyah makanan sesaat pria itu melontarkan pertanyaan terkait kondisi teman Louisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret Stalker
Horror"Setiap part selalu dibuat penasaran." - TSS's Readers. HIGHEST RATING: #2 in HORROR-THRILLER [13/06/20] #3 in PENGUNTIT [06/07/20] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [4]: Louisa Gordon. "Hey, let's play together." ["Hey, ayo bermain bersama."]...