XLIII

323 59 50
                                    

"Nelson. Temanku. Dia meninggal dunia beberapa tahun silam. Dia juga merupakan mantan murid di sekolah ini. Sebelum meninggal dunia, dia sempat berbicara padaku mengenai sekte Dewi Ker lalu mengolok-oloknya. Aku sendiri tidak terlalu menanggapi perempuan itu karena aku tidak percaya dengan adanya sekte sampai pada akhirnya dia meninggal dunia dengan cara aneh," jelas Louisa.

"Aku tidak menyangka bahwa dia adalah temanmu," ungkap Felix dengan kedua bola mata membulat. "Dia sempat bertengkar dengan Emily sebelum meninggal dunia."

"Jadi, kau dan Emily mengenali temanku?" tanyanya memastikan.

Felix mengangguk. "Dan yang kau sebut sekte Dewi Ker, lebih tepatnya adalah sekte Elisabeth."

"Mengapa Elisabeth?" ungkapnya heran.

"Karena Elisabeth merupakan keluarga pencetus dari sekte yang mengagungkan Dewi Ker," jelas Felix.

"Ah, seperti itu," ucap Louisa.

Suasana di sekitar mereka menjadi hening karena Louisa kembali memfokuskan dirinya melihat lembaran buku bersampul hitam itu. Sampai di mana, dia berhenti bergerak sesaat mengetahui bahwa salah satu sosok yang sempat dia lihat di rumahnya, berada di salah satu lembaran buku tersebut. Kedua bola matanya membulat dan bergerak membaca riwayat sosok tersebut.

"Louisa," panggil Felix.

"Egh?" Louisa menatap Felix dengan terkejut.

"Sudah kau temukan entitas yang menganggu dirimu?" tanyanya.

Louisa bergumam sejenak dan berusaha membolak-balikan lembaran buku itu. "Aku sudah mencarinya dan tidak ada di buku ini."

"Apa kau yakin?" Kedua mata Felix menyipit.

Louisa mengangguk.

"Ini aneh," ujarnya dengan sedikit berdecak.

🔱🔱🔱

Di kediaman rumah keluarga Gordon, setelah Ella makan siang bersama keluarganya, dia berjalan menuju tangga lantai dua rumah untuk masuk kembali ke dalam kamar. Namun, langkahnya terhenti karena dia melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan pekarangan rumahnya.

Ella berjalan meraih gagang pintu untuk membukanya. Dia melihat Louisa keluar dari dalam mobil tersebut lalu melambaikan tangan ke arah seorang lelaki di dalamnya. Setelah mobil itu pergi meninggalkan kediaman rumah keluarga Gordon, Louisa menyapa adik kecilnya dengan mengelus kepala anak tersebut secara perlahan.

"Hi, Ella," ucap Louisa.

"Hi, Loui, temanmu sudah menunggu di dalam kamar," jawab Ella.

"Temanku?" Louisa berhenti menaiki anak tangga dan menoleh ke belakang.

Ella mengangguk perlahan.

"Siapa?" tanyanya dengan dahi mengernyit.

"Tessa," jawab Ella kembali.

"Tessa?" Dia mendongakkan kepalanya ke atas lalu kembali melangkah hingga tiba di depan pintu kamar.

Dia meraih gagang pintu kamarnya untuk memastikan bahwa pintu tersebut masih dalam keadaan terkunci. Setelah selesai memastikan, dia baru mengambil kunci kamarnya dari dalam saku celana lalu membuka pintu tersebut dengan lebar.

Dia melihat keadaan di dalam kamar yang begitu sepi dengan tidak ada perubahan terhadap tata letak di kamar tersebut sama seperti saat Louisa meninggalkan kamarnya pagi tadi. Dia masuk ke dalam kamarnya dan berjalan menuju jendela untuk dibuka agar kamar tersebut bisa mendapatkan sirkulasi udara yang baru.

Louisa melemparkan tasnya dan duduk di tepi ranjang membelakangi pintu kamar yang dia biarkan terbuka. Dia menatap ke arah ponselnya dengan pikiran yang terbagi-bagi. Informasi mengenai entitas jahat yang pernah menahan jiwa adiknya, membuat Louisa tidak bisa berkata-kata. Namun sepertinya tidak hanya entitas jahat itu yang pernah dia temui. Sebelumnya, dia juga pernah melihat sosok wanita yang menyuruh Louisa untuk bermain bersama seorang anak dari sosok tersebut.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang