Emily membuka pintu kamar miliknya dan mempersilahkan wanita itu untuk masuk ke dalam kamar. Mia memutuskan untuk duduk di kursi belajar Emily sementara Emily sendiri duduk di tepi ranjang. Karena tidak ingin mengulur-ulur waktu, Mia langsung menanyakan mengenai kedekatan Emily dengan Cassie selama mereka berada di universitas yang sama.
"Cassie berada di kelas yang berbeda denganku. Kami hanya bertemu jika sedang diadakan rapat antar jurusan," ucap Emily.
"Apa dia tidak pernah bercerita padamu mengenai masalalunya?" tanya Mia.
Emily menggeleng perlahan. "Aku tidak terlalu dekat dengannya, ma."
Mia terdiam sejenak dengan otak yang terus berpikir mengenai kasus tersebut.
"Bagaimana dengan perkembangan Selena? Apakah dia sudah berhasil ditemukan?" tanya Emily.
"Belum," jawabnya.
Emily menghela napas dengan sedikit menurunkan pandangannya. Dia sedang berada diambang kebingungan antara ingin berkata jujur mengenai kejadian di masalalu atau tidak. Emily mengerti bahwa saat ini, pikiran ibunya sedang terbagi-bagi. Namun, jika Emily tetap menyimpan rahasia itu di dalam hidupnya, dia tidak akan bisa merasa tenang.
"Kapan terakhir kali kau bertemu dengan Cassie, Emily?" tanya Mia kembali.
"Sekitar satu minggu yang lalu. Apakah kematian Cassie memiliki keterkaitan dengan hilangnya Selena dan sesuatu yang misterius di wilayah tersebut?" seru Emily.
Mia menatap wajah Emily sejenak.
"Cassie tidak biasanya melintasi jalanan itu. Namun, saat pagi tadi berita itu disiarkan di stasiun televisi, aku langsung berpikir bahwa ada hal yang tidak beres dengan wilayah tersebut," lanjutnya.
Apa yang dikatakan Emily bisa menjadi bukti baru untuk membantu mengungkap kasus kematian Cassie. Cukup lama mereka berada di dalam kamar Emily. Mia memutuskan bangkit dari kursi belajar anaknya untuk kembali menjadi seorang ibu rumah tangga.
Emily menghela napas sejenak. Dia menatap layar ponselnya untuk menghubungi Felix karena kemungkinan dia akan terlambat datang kembali ke rumah sakit Saint Joseph. Saat sedang menghubungi temannya, Emily mendengar pintu lemarinya terbuka hingga membuat perempuan itu menoleh ke belakang.
Dommy tersenyum lebar begitu Emily mengetahui keberadannya. Anak kecil itu meloncat kecil untuk keluar dari dalam lemari pakaian dan berjalan ke arah Emily. Setelah Dommy melihat Emily mengakhiri panggilannya, dia duduk di samping perempuan itu dan menatap kedua bola mata Emily.
🔱🔱🔱
Sementara di kediaman rumah keluarga Gordon, tuan Gordon yang telah selesai memaku pintu belakang rumahnya menggunakan papan-papan kayu, kini meletakkan kembali alat perkakasnya di bawah laci dan berjalan menghampiri nyonya Gordon yang berada di ruang keluarga.
"Aku akan menjemput Ella di sekolahnya. Pintu belakang sudah kututup dengan rapat jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu lagi," ujar tuan Gordon.
"Baiklah," ucap nyonya Gordon bernapas lega.
"Kunci pintu ini dan tunggu sampai aku kembali," pinta pria tersebut.
Nyonya Gordon bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu depan rumahnya setelah kepergian tuan Gordon. Mobil yang dikendarai oleh tuan Gordon segera pergi menuju tempat Ella bersekolah.
Cukup lama dirinya berada di dalam perjalanan, tuan Gordon memberhentikan mobilnya ketika dia sudah tiba di parkiran kendaraan sekolah. Beberapa murid di sekolah tersebut terlihat sudah dijemput oleh para orangtua mereka masing-masing. Tuan Gordon mendorong pintu kaca gedung sekolah untuk masuk ke dalam. Dia berjalan di salah satu koridor yang memiliki gambar-gambar menggemaskan layaknya sekolah taman kanak-kanak pada umumnya. Langkah tuan Gordon berhenti ketika dia sudah tiba di salah satu ruang kelas yang memiliki pintu berwarna biru dengan jendela kaca berbentuk kotak. Tuan Gordon melihat seorang wanita sedang duduk di kursi guru sementara Ella berada di kursi lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret Stalker
Horror"Setiap part selalu dibuat penasaran." - TSS's Readers. HIGHEST RATING: #2 in HORROR-THRILLER [13/06/20] #3 in PENGUNTIT [06/07/20] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [4]: Louisa Gordon. "Hey, let's play together." ["Hey, ayo bermain bersama."]...