VII

567 68 0
                                    

Keesokkan harinya, Louisa sudah tiba di universitas dan duduk menyender di bawah pohon rindang. Mengamati keadaan di sekitar dengan semilir angin pagi yang berhembus perlahan. Dia menghela napas berat. Pikirannya masih terpaku akan kejadian aneh semalam di rumah baru tersebut. 

"Louisa."

Suara seorang laki-laki berhasil memecahkan lamunan Louisa di pagi hari. Dia menoleh ke arah kanan. Sinar matahari yang berada di belakang laki-laki itu membuat kedua bola matanya menyipit dan berhasil melihat keberadaan Felix yang berjalan semakin mendekat. Lelaki itu langsung duduk di samping Louisa dengan meluruskan kedua kakinya ke depan.

"Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Felix. "Kau terlihat sedang memiliki banyak masalah."

"Kabarku baik-baik saja," jawab Louisa.

Felix mengangguk kecil, "Bisakah kau membantuku?"

Louisa menoleh, "Membantumu dalam apa?"

"Kau masih ingat dengan Luna?" tanya Felix.

Louisa mengatup bibirnya ke dalam dan mengangguk perlahan.

"Aku ingin kau berpura-pura menjadi kekasihku," pintanya.

"Kekasihmu?" Louisa terkekeh. Menatap wajah lawan bicaranya yang masih terlihat serius.

"Kumohon," pintanya memelas.

"Kenapa harus aku?" tanya Louisa. "Kenapa kau tidak meminta tolong pada Emily?"

"Emily terlalu sibuk dengan jabatannya di universitas ini. Aku ingin perempuan yang bisa berada di sampingku agar Luna benar-benar merasa yakin kalau kita memang sepasang kekasih," jelas Felix.

"Kau begitu konyol, Felix," ucap Louisa dengan gelengan kepala.

"Ayolah. Bantu aku sekali saja." Felix mengacungkan jari telunjuknya ke depan dada.

Louisa mengarahkan pandangannya kembali ke depan. Dia terus mendengar Felix memohon padanya untuk menolong lelaki itu. Baru hari ke dua Louisa menjadi seorang mahasiswa di universitas impiannya, dia sudah dihadapkan dengan permasalahan orang lain.

"Hanya untuk hari ini." Felix merubah pikirannya.

Louisa menoleh, "Hari ini?"

"Iya. Jika kau merasa keberatan untuk membantuku. Aku hanya minta satu hari saja agar Luna bisa berhenti mendekatiku," ucap Felix.

Satu hari bukan waktu yang lama bagi Louisa. Itu dirasa hal yang mudah untuk dijalankan. Louisa akhirnya menyetujui permintaan Felix untuk berpura-pura menjadi seorang kekasih di hadapan Luna meski dia tidak tahu dengan pasti siapakah Luna sebenarnya.

Keduanya terdiam sejenak, kembali merasakan hembusan angin pagi yang terasa menyejukkan. Keheningan di antara mereka membuat Louisa sesekali melirik ke arah Felix. Setelah berpikir lama mengenai kejadian di rumahnya, Louisa pun memutuskan untuk bertanya pada Felix dengan harapan lelaki itu bisa membantunya.

"Apa kau percaya akan adanya hantu?" tanya Louisa.

Felix menoleh dengan reaksi terkejut. "Kau berhubungan dengan hantu?" tuduhnya.

"Ha--hantu?" Louisa tertegun. "Tidak. Aku hanya bertanya padamu. Apa kau percaya akan adanya hantu?"

Tidak ada jawaban dari mulut Felix. Louisa melihat kedua tangan lelaki itu mulai gemetar. Seperti terlihat begitu ketakutan saat Louisa bertanya akan hal yang menurutnya terdengar biasa, Felix mengatakan bahwa dia membatalkan permintaannya pada Louisa dan memutuskan untuk pergi melangkah cepat meninggalkan dirinya. Melihat sikap aneh Felix membuat Louisa hanya bisa mengernyit heran. Dia tidak tahu mengapa Felix bisa terlihat begitu ketakutan setelah mendengar pertanyaan darinya.

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang