LXXXVI

336 81 35
                                    

Mia menjabat tangan mereka secara bergiliran selepas itu menanyakan maksud dan tujuan mereka ingin bertemu dengannya.

"Kami hanya ingin mengetahui mengenai hak asuh anak yang jatuh ke tangan Daniel, apakah dia meneruskan hak asuh anak terhadap Dalton kepadamu?" tanya Jessica.

"Tidak," jawab Mia tegas. "Dia tidak pernah membicarakan mengenai hak asuh Dalton kepadaku."

"Baiklah, itu berarti kau tidak keberatan bukan jika hak asuh Dalton berbalik pada keluarga Catherine?"

"Tidak. Tentu tidak sama sekali. Aku sempat memikirkan bagaimana nasib anak itu setelah kedua orangtuanya meninggal dunia," balas Mia.

"Jika tidak ada yang merasa keberatan, aku akan mulai mengurus berkas mengenai hak asuh Dalton," katanya lagi.

Mia bergumam sejenak. "Sebaiknya, kalian bisa menunggu beberapa waktu sampai nanti Dalton bisa tersadar dan aku pun juga harus memeriksa berkas mantan suamiku untuk mengetahui apakah dia sempat menuliskan surat wasiat kepada kedua anaknya atau tidak." Mia menatap ketiganya secara bergantian. "Jika terbukti Daniel tidak meninggalkan surat wasiat apapun, kau bisa dengan mudah memindahdatakan hak asuh tersebut."

"Baiklah, aku setuju dengan ucapanmu," tutur Jessica.

"Dokter Mia, kumohon bantu cucuku untuk bisa sembuh secepatnya," pinta wanita tua di sebelah Jessica.

"Kami dari pihak rumah sakit akan selalu melakukan yang terbaik untuk semua pasien di tempat ini, nyonya," jawab Mia tersenyum.

🔱🔱🔱

Di dalam kamar Emily, perempuan itu terlihat sedang duduk di atas kursi belajarnya sembari memperhatikan hasil cetakan foto kediaman rumah keluarga Gordon. Dahi Emily mengernyit sesaat melihat foto dari dalam kamar Louisa yang tampak sedikit blur. Seperti ada sesuatu yang dengan sengaja menghalangi pengambilan gambarnya, saat Emily melihat foto dirinya yang tidak sengaja mengambil gambar di depan sebuah cermin, dia tertegun ketika mendapati seorang wanita berwajah pucat pasi berdiri di sudut ruangan dekat dengan pintu kamar mandi Louisa.

Emily langsung menyalakan laptop miliknya untuk mencari gambar seseorang di Internet. Setelah gambar tersebut muncul, Emily segera menyandingkan kedua wajah wanita itu hingga dia menyadari bahwa sosok wanita berwajah pucat pasi tersebut adalah Tessa Sophia. Tubuh Emily terasa lemas karenanya. Kemudian, dia mengalihkan foto kamar kedua orangtua Louisa.

Foto yang tidak sengaja dia tangkap pada cermin di dalam kamar itu memperlihatkan seorang anak kecil berwajah pucat sempat mengintip dari luar kamar yang Emily yakini adalah Railey, anak dari keluarga Hubert. Selanjutnya, Emily yang memotret kamar mandi kedua orangtua Louisa mendapati seorang wanita tua terbujur kaku di lantai kamar mandi. Emily sama sekali tidak tahu siapa wanita tersebut. Wajahnya juga terlihat berbeda dengan Latoya namun hampir sepintas mirip dengan nyonya Albert.

Emily segera membuka seluruh catatan dan berusaha untuk merangkum ulang asal-usul keluarga Hubert, kelompok penyembah Belph, kaitannya dengan kediaman rumah Louisa, sekaligus dengan visual Louisa yang dia dapati, membuat Emily merasa penasaran akan semua hal tesebut.

"Maurice Hubert menikahi Latoya yang dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Railey Hubert. Railey Hubert ditemukan meninggal dunia pukul 3 pagi dan hal itu membuat Latoya menjadi murka lalu memutuskan untuk melakukan aksi bunuh diri pada pukul 12 malam setelah berhasil merenggut nyawa Maurice Hubert dan Patsy." Jari tangan Emily terlihat terus menari-nari di atas papan tombol laptop. "Maurice Hubert berselingkuh dengan Patsy dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Jeremain Hubert. Jeremain Hubert dewasa kemudian menikahi seorang wanita bernama Deborah yang dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Chapman Hubert. Tuan Chapman atau Chapman Hubert menikah dengan seorang wanita bernama Ashley yang kemudian memiliki seorang anak bernama Luna Hubert."

[Completed] TSS [4]: Louisa Gordon and The Secret StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang