Prologue

221K 15.5K 1.9K
                                    

"Makasih kak buat hari ini," ujar Keira setelah mengganti pakaian pelayannya menjadi pakaian sekolahnya.

"Iya, kamu udah bekerja dengan giat hari ini. Hati-hati di jalan ya, apa mau kakak anter aja?" tanya si pemilik Cafe tempat Keira bekerja sembilan.

Tentu sebagai pemilik Cafe ia harus menjaga para pegawainya agar aman, di tambah lagi Keira masih di bawah umur membuat Reyden si pemilik Cafe khawatir terjadi sesuatu pada Keira saat pulang nanti.

"Tenaga aja sih kak kan aku jago beladiri, lagian juga ini masih jam 9 malem kok," ujar Keira memukul pelan lengan Reyden sambil tersenyum cerah agar atasannya tidak terlalu mengkhawatirkannya.

"Kamu tuh selalu aja nganggapnya enteng, emang kamu gak tau apa kalo kakak khawatir sama kamu?" Ujar Reyden.

"Iya tau kok, kak," balas Keira sambil cemberut.

Reyden menghela napas, "Kamu tau sendirikan kakak gak mau adik kakak kenapa-kenapa nanti," Keira mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. Reyden memang menganggap Keira sebagai adiknya.

"Udah ah lama, pengen pulang! Bye Kak Rey!" ujar Kiera langsung pergi meninggalkan Reyden yang hanya bisa memijit keningnya melihat kepergian Keira.

.*.*.*.

Di lain tempat.

"Apa Putri saya masih belum bisa siuman dokter? Apa dia bisa bangun secepatnya?" tanya Pria paruh baya dengan raut wajah sedih sekaligus takut tapi tidak membuat perkataannya melemah.

Sang dokter menatap sang atasan sekaligus pemilik rumah sakit ini dengan wajah kecewa, "Maaf tuan, Nona masih dalam keadaan koma," ujar sang dokter dengan name tag Rama tersebut.

BRUK

"LO NIAT KERJA GAK? HARUSNYA LO SEBAGAI DOKTER BISA BANGUNIN ADEK GUE SECEPATNYA!" Bentak Bara Adrian Narendra, kakak kedua dari gadis yang sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit.

Tangan Bara mencengkram kerah baju yang di pakai Dokter Rama dengan wajah marah. Bagaimana bisa dokter itu mengatakan adiknya tiba-tiba mengalami koma, padahal sebelumnya adiknya terlihat baik-baik saja dan tidak mengalami kejadian yang bisa membuatnya koma.

"Bara! Jangan seperti itu, kamu membuat Bunda kamu semakin sedih," peringat Arga Narendra, sang Ayah sekaligus pemilik rumah sakit, sambil merangkul bahu Istrinya yang masih terpukul atas hal yang di alami Putrinya.

Bara dengan wajah menahan amarah pun melepaskan kerah jas yang di pakai sang dokter dengan kasar dan berbalik, tapi langkah nya seketika terhenti saat melihat kakak pertama nya menghampiri mereka dengan wajah datar tanpa ada guratan khawatir sedikit pun.

"Kenapa kamu baru datang sekarang Arthur?" tanya Arga dengan nada dingin pada anak pertamanya, Arthur Arka Narendra.

"Ada urusan tadi," jawab Arthur datar.

"Oh jadi urusan lo itu lebih berharga dari adik lo sendiri, gitu?!" Tanya Bara sambil berhadapan dengan kakaknya.

"Kalo iya gimana?" Balas Arthur membuat darah Bara mendidih seketika, bisa-bisanya ia mempunyai kakak seperti ini.

"BANGSAT! LO ITU SEBENARNYA BENER KAKAK CHLOE APA BUKAN?!" Marah Bara.

"Gak tau, mungkin ini karma buat dia karna udah banyak tingkah di sekolah. Lo tau sendirikan sifatnya kayak gimana?" Balas Arthur tanpa nada takut sedikit pun dalam kalimatnya sambil melihat wajah Bara yang siap-siap ingin menghajar dirinya.

Pangeran SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang