14. Untuk Pertama Kalinya

3K 298 203
                                    

***


Berbicara dengan Nuca terus-menerus hanya membuatnya dirinya semakin kesal dan semakin jengkel. Lyodra membalikan tubuhnya bergegas lari dari ruang lab-olimpiade menuju ke ruang aula, lantai empat.

Kali ini, ia menggunakan tangga utama. Ia sudah kapok melewati tangga darurat yang sangat-sangat pengap! Dengan hati-hati, ia menaiki tangga utama menuju ke lantai empat.

Lyodra masuk ke ruang aula, melewati kerumunan siswa-siswi yang langsung menyorotnya menggunakan ponsel-ponsel mereka. Ia dengan hati-hati menyusul Derry yang masih ada di atas panggung.

"Terimakasih sudah menunggu saya lama, maaf karena tadi ada suatu hal yang penting di ruang lab-olimpiade...."

"Jadi?" tanya Derry.

"TE...RIMAAA! TE...RIMA! TE...RIMA!" sorak siswa-siswa bergemuruh.

Lyodra mengedarkan pandangannya pada dua sahabatnya. Ia bisa melihat Keisya dan Ziva yang menatapnya penuh harap. Lalu, dibuangnya pandangan Lyodra ke segala arah. Ia tidak yakin dengan keputusannya saat ini. Ini yang pertama kalinya untuk Lyodra.

'Pacaran aja lo nggak pernah mau sok-sokan terima! Suka aja enggak, apalagi cinta. Mau jadi kayak gimana masa depan lo?' Kata-kata Nuca terus terngiang di telinga Lyodra. Jujur, ia masih bingung. Padahal! Sudah jelas-jelas Nuca mengizinkannya. Catat! Mungkin, Lyodra takut jika sahabatnya menjauh lagi seperti dulu.

Lyodra memejamkan matanya untuk berpikir, lalu, ia mengeratkan mikrofon yang ia pegang.

"Lyodra memang sayang sama Derry. Banyak hal yang dilakukan Derry untuk Lyodra. Lyodra senang sekali punya Derry yang sangat baik... bahkan, mau menerima dalam keadaan apapun Lyodra nanti...."

"Terimakasih untuk semuanya, tapi maaf seribu maaf dari lubuk hati Lyodra untuk Derry yang paling dalam... hati Lyodra belum siap untuk menerima Derry...."

"HUUUUUUUUUUUU...." Semua siswa menyoraki Lyodra, rasanya seperti diberi harapan palsu.

Semua penonton kecewa melihat teater dadakan ini. Bayangkan saja! Rasa kesal mereka ketika dispensasi dua jam untuk menghadiri acara rapat pleno bahkan sampai-sampai jam istirahat mereka berkurang hanya demi melihat Sang Ketua OSIS yang dikagumi banyak orang, menembak salah satu gadis cantik yang sangat berprestasi di sekolahnya jadi terbuang sia-sia.

Derry dengan senyum mengembang menenangkan kondisi yang mendadak panas. Ia juga sedikit terkejut dengan jawaban Lyodra barusan.

"Terimakasih untuk jawabannya, gue yakin, jawaban ini pasti sudah yang terbaik untuk kita ke depannya," ujar Derry memberikan aura positif di ruang ini.

Lyodra menaruh kembali mikrofon itu lalu berlari kecil sambil membuka kedua tangannya untuk memeluk Derry, Derry juga dengan lapang menerima pelukan Lyodra.

Ada banyak siswa yang kecewa dengan jawaban Lyodra dan langsung pergi, ada juga beberapa yang setia melihat ini sampai bel istirahat kedua selesai.

Lyodra pamit pada Derry yang tidak bisa berlama-lama karena harus segera ke lab-olimpiade sebelum Bu Sapta datang. Derry memaklumi keadaan itu dan mengantar Lyodra sampai ke lantai bawah.

"Terimakasih buat semuanya, ya, Ry... jujur, Lyo masih kaget sekali...."

"Iya... maaf juga, kalau ngebuat lo kaget atau gimana-gimana, semangat ya!"

Lyodra tersenyum dan berlalu pergi menuju kelasnya, selama di perjalanan menuju kelasnya... ia berpikir pasti dirinya akan dijadikan perbincangan di sekolah ini. Apalagi jika Tiara sampai mendengar berita adiknya yang menolak ketua OSIS. Entahlah, ia tidak tahu bagaimana nantinya. Lyodra terus berjalan menyusuri koridor kelas-kelas.

Peri dan Sayap - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang