49. Seninnya Tiara

1.3K 190 256
                                    

Jangan lupa vote dan tinggalkan jejak komentar, ya!

250 komen. Insyaallah kalau tidak ada kendala besok langsung update.

Selamat membaca, sahabat!

***

Lebih sakit mana? Dikhianati sahabat sendiri atau dianiya oleh orang biasa?


***

Senin pagi. Hari yang dirasa sebagai hari kutukan untuk Lyodra karena seperti biasa, ia sudah berada di ruang UKS saat siswa lain sedang melaksanakan upacara bendera di lapangan belakang.

Lyodra duduk diatas brankar dengan punggung yang menyender. Ia sedang iseng membaca buku tentang ilmu kedokteran karena bingung harus membawa buku apalagi untuk dibawa sibuk di ruangan ini.

Srekkk---

Suara tirai penyekat.

Lyodra terperanjat. Pasalnya, ia sedang serius-seriusnya membaca buku.

Kepalanya mendongak. Menatap seseorang di sana yang sepertinya baru berlari.

"Derry?" lirihnya.

Dari atas sampai bawah. Lyodra menebak kalau Derry pasti sedang tidak bertugas PMR karena pagi ini ia menggunakan jas almamater OSIS-nya bukan rompi PMR. Lantas, mengapa ia ada di sini? Pikir Lyodra.

"Ada apa?" tanya Lyodra yang kini membenarkan posisi duduknya menjadi duduk tegak.

"Kak Tiara," jawab Derry, dengan napasnya yang tersengal-sengal.


"Kak Tiara kenapa?"


***


Seperti biasa setelah turun dari mobil Tiara berjalan sendirian ke arah koridor kelasnya. Sedikit informasi bahwa Lyodra tidak berangkat bersama Tiara karena dijemput oleh Nuca lebih pagi.

Tiara duduk di bangkunya. Ia merogoh ponselnya berniat untuk memeriksa seluruh sosial medianya yang sengaja ia matikan sejak kejadian beberapa hari yang lalu. Tepatnya, sejak kabar dirinya dilarikan ke rumah sakit dengan skandal asam lambung akut yang sudah mencuat ke khalayak masyarakat beberapa hari terakhir.

Tangannya sedikit gemetar karena takut pada komentar netizen yang terkadang tidak mempunyai akhlak. Namun, dengan keberanian yang kini sudah terkumpul. Perlahan, jari jemarinya mencari berita teratas tentangnya lalu mengaktifkan semua sosial media satu per satu.

Tiara tersenyum lega. Tidak ada media satu pun yang mengangkat berita kejadian sebenarnya. Penggemarnya, memenuhi kolom komentar dengan semangat serta doa-doa untuknya.

Tiara mengembangkan senyumnya. Ia bersyukur, sekaligus terharu karena teringat Bunga yang pernah bilang bahwa ia terpaksa melakukan ini semua karena demi dirinya, putrinya.

Demi dirinya, Bunga rela membayar pinalti semua kontrak agar dirinya bisa fokus pada ujian. Demi dirinya, ia terpaksa membayar uang tutup mulut pada pihak kepolisian agar masalah tidak berkepanjangan. Demi dirinya juga, wanita itu rela membayar banyaknya wartawan agar media tutup mulut soal dirinya yang terjebak masalah kemarin.

Tiara merasa, ungkapan perjuangan Bunga kemarin sedikit membuatnya merasa terharu dan merasa dipedulikan dengan tulus.

Contohnya seperti sekarang ini. Ia terngiang-ngiang oleh Mamanya saat menanyakan 'Apa yang sakit?' mungkin itu kali pertamanya saat Tiara mendengar ucapan tulus dari sang Mama. Ucapan saat ia akhirnya, bisa terlihat tidak baik-baik saja di depan wanita yang ia sebut Mama itu.

Peri dan Sayap - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang