Halo. Jangan lupa tekan tombol vote, ya.
Gampang, kok, tombolnya ada di bawah!
Jangan lupa juga budayakan tinggalkan jejak komentar, ya, sahabat.
Semoga kalian suka.
Yuk yuk
Ramaikan, yuk.
Yuk
Rame yuk.
200 komen, insyaallah besok malem up gasik.
***
Nuca akhirnya setuju untuk tidak langsung pulang ke rumah. Itu dikarenakan sejak dari toko perlengkapan bayi, gadis itu tidak henti-hentinya memohon ke tempat hiburan yang menyediakan mesin capit di lantai paling atas.
"Oke kalau gitu nggak jadi langsung pulang ke rumah, tapi juga nggak jadi ke Timezone," kata Nuca.
Lyodra mendecak sebal. "Ih, Nuca nggak asik banget, sih."
"Niat ke sini untuk apa?"
"Beli kado sama beli makanan-nya Ola, Niki, Jarwo sama Mirah."
"Berarti buat beli sesuatu, kan, Bukan buat main?"
"Iya."
"Yaudah," singkat Nuca.
"Tapi nggak apa-apa, deh. Yang penting jangan pulang dulu. Lyo jalan-jalannya belum puas soalnya," ucap Lyodra yang tadi sempat kesal, tetapi kini mulai mengembangkan senyumnya lagi.
"Alasan lo nggak mau langsung pulang, ada yang ingin dibeli, kah? Selain kepingin mainan mesin capit?" tanya Nuca.
Lyodra menggeleng. "Nggak ada. Lyo cuma kepingin seharian aja jalan-jalan sama Nuca," katanya terang-terangan.
Nuca mengangguk paham. "Kalau gitu, temenin gue ke sana, mau beli jaket kulit."
Perlahan senyum Lyodra menghilang. "Ya ampun. Nuca kenapa, sih, suka banget beli jaket kulit? Kan, jaket kulitnya Nuca udah banyak," cecar Lyodra.
Ia terus mengikuti Nuca yang berjalan ke arah toko paling ujung.
"Lo sendiri kenapa suka beli es krim? Sama aja nggak ada alasannya, kan?" tanya balik Nuca.
"Ada!"
"Apa?"
"Alasannya, ya, karena penderita anemia kayak Lyo itu memang suka banget sama yang namanya es krim, Nuca," jelasnya.
Nuca menoleh ke arah Lyodra, ia terdiam sebentar. Sedikit miris melihat Lyodra yang tidak tahu apa-apa soal penyakitnya.
"Nuca memangnya lupa apa sama buku yang Lyo kasih empat tahun yang lalu? Judul bukunya Hai Dokter. Nama penulisnya Dokter Samsudin. Halaman ke seratus sebelas, di paragraf ketiga, tepatnya di bagian paling atas. Inget nggak?" tanyanya mulai kritis.
Nuca masih berusaha mengontrol suasana hatinya. Hatinya sedikit getir saat membayangkan bagaimana jadinya jika Lyodra tahu akan semuanya.
"Masa nggak inget?" ulangnya lagi. "Itu, lho, yang bukunya warna putih-biru terus isi halamannya ada tiga ribu dua ratus tujuh puluh enam lembar."
Lyodra masih terus berusaha mengingatkan Nuca. Sementara Nuca masih terdiam tanpa ekspresi.
"Ish! Nuca beneran nggak inget?!? Padahal dulu waktu kelas tujuh... Nuca kepingin banget beli buku itu biar Nuca paham sama penyakit Lyo, lho...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri dan Sayap - END
Teen FictionIni kisah tentang Lyodra Margalova Kayreen, gadis berkulit putih pucat yang sukanya banyak tanya. Ini juga kisah tentang Giannuca Diradja Rilasso, laki-laki yang mengecap dirinya sebagai sayap pelindung untuk perinya, Lyodra. * Sudah siap baca cerit...