selamat datang kembali di cerita Peri dan Sayap
mohon maaf atas keterlambatan dalam memublikasikan cerita. Semoga kalian semua yang sudah menanti cerita ini bisa memaklumi masalah ini. Disarankan untuk membaca kembali bagian sebelumnya. Btw, up saat komen 350. Kalau nggak nyampe, mohon maaf up agak lama. Terima kasih:)
***Tuhan, terima kasih telah mengajariku betapa pentingnya rasa syukur—Lyodra Margalova Kayreen.
Pagi ini semua sudah berkumpul di depan teras vila. Semburat awan jingga mulai muncul saat matahari lama kelamaan semakin naik. Hawa dingin terus menyapa walau matahari memberi kehangatan di bawahnya. Richard terlihat sedang memanaskan mobil. Sedangkan Keisya dan Ziva tampak masih menikmati sarapan iga dan sosis sisa semalam di depan kursi teras. Lyodra juga sedang duduk di depan vila ditemani secangkir teh hangat sambil menikmati pemandangan di depannya. Kalian tahu? Wajahnya begitu kontras sekali ketika sinar matahari pagi menerpa kulit pucatnya. Tetapi walau begitu, tetap saja panasnya kalah dengan hawa dingin di sekitar sini.
"Pakai." Nuca menyelimuti tubuh Lyodra menggunakan jaket yang tersampir di sofa ruang tamu. Lyodra mendongak, tersenyum singkat saat Nuca melakukan ini. "Makasih, Nuca."
"Gimana tidurnya semalem? Nyenyak nggak?" tanya Nuca memulai obrolan pagi.
Lyodra mengangguk dengan senyum. Jujur, dadanya sudah mulai membaik. Pernapasannya juga lebih baik dari sebelumnya. Begitu pun dengan tubuhnya yang terasa ringan, tidak nyeri seperti yang ia rasakan tadi malam. "Nyenyak banget. Oya, Lyo tadi bangun paling gasik, lho."
"Ah, ya? Tumben banget kalau gitu."
"Iya, lah. Lyo sudah bisa bangun sendiri tahu!"
"Alah! Gitu aja congkak. Biasanya aja gue yang bangunin lo."
"Besok-besok nggak usah bangunin Lyo lagi. Lyo sudah bisa bangun sendiri."
"Nanti kalau lo kesiangan juga pasti nyalahin gue atau orang lain." Nuca melipat dadanya. "Lyo sebal sama Nuca. Nuca kenapa, sih, nggak bangunin Lyo!" serunya menirukan nada Lyodra.
Lyodra terkekeh pelan. "Emang Lyo gitu, ya?"
"Iya kali."
"Tapi gemesin, kan?" tanyanya menatap Nuca dengan tatapan binarnya. Membuat Nuca ikut terkekeh dan reflek mengacak puncak kepala Lyodra singkat.
"Hm."
"Ish, mulai deh."
Richard tampak mengesah panjang. "NUC!!! ADA BAN SEREP, KAN?!?! BUAT JAGA-JAGA NANJAK KE ATAS!"
"COBA CEK MESIN MOBIL LO!"
"BARANGKALI ADA MASALAH GEGARA KEMARIN NANJAK-NANJAK."
Nuca menyipitkan wajah ketika sengatan sinar matahari tepat sekali masuk ke dalam retina matanya. Ia meneduhkan mata lewat tangkupan tangan. Memfokuskan pandangan Richard di bawah pondasi teras. "Insyallah nggak ada, Chard. Tapi bentar gue cek."
"Eh, lo mau ikut jalan pagi nggak?" tawar Ziva.
Lyodra menggeleng.
"Iyalah. Ngapain. Nggak usah, Ly. Lo di sini aja. Simpan tenaga lo buat nanti," ucap Keisya. "Katanya lo sama Nuca mau ke hutan pinus, kan?"
Lyodra mengangguk sambil tersenyum. "Maksudnya Lyo, Lyo nggak mau ikut itu karena Lyo mau berjemur, biar badan Lyo hangat," jelas Lyodra.
"Yaudah, gue tinggal, ya." Keisya dan Ziva menjauh sambil melambaikan tangan. "Byeee!!!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/215851266-288-k241697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri dan Sayap - END
Teen FictionIni kisah tentang Lyodra Margalova Kayreen, gadis berkulit putih pucat yang sukanya banyak tanya. Ini juga kisah tentang Giannuca Diradja Rilasso, laki-laki yang mengecap dirinya sebagai sayap pelindung untuk perinya, Lyodra. * Sudah siap baca cerit...