47. Berita Si Mirah

1.3K 172 208
                                    

Jangan lupa vote dan ramaikan komentar di setiap paragraf, ya!

Yuk yuk rame yuk.

Jangan lupa juga follow author vellnya

Oke Sahabat, Selamat Membaca!

Semoga kalian suka!

200 insyaallah update cepet yuk.

***

Matahari bersinar sangat cerah hingga berhasil memasuki celah-celah hordeng milik Lyodra. Membuat gadis itu langsung menggeliat lalu menyipitkan matanya karena disengat oleh sang Surya yang kini pelan-pelan naik ke atas.

Sebenarnya, ia sudah bangun sejak subuhan tadi, tetapi ia memilih kembali tidur dan bangun lagi di jam delapan pagi. Sudah hal yang biasa, jika Lyodra bangun sesiang ini di hari minggu.

Ia langsung mendekatkan dirinya pada aquarium kecil. "Selamat pagi, Ola dan Niki...."

"Kalian mau makan apa?" tanya Lyodra. Seolah ikan itu menjawab
'seperti biasa.'

Lyodra mengangguk paham. "Oh... pur ikan...," jawabnya sendiri.

Ia lalu meraih tempat makan ikan lalu menaburnya ke dalam aquarium. "Cepet besar, ya, sayang," katanya. Lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Berbeda dengan Nuca. Setelah terbangun subuh tadi, ia langsung membersihkan tempat tidurnya, membersihkan kamar mandi, lalu menyirami tanaman di halaman belakang dan juga di halaman depan rumahnya.

Kini di halaman depan, ada Aridana yang sedang menjemur kucing-kucingnya, si Jarwo dan si Mirah. Ada Priska juga yang sedang mencabuti rumput. Nah, kalau Maia... ia lebih memilih duduk di sebelah Aridana sambil mengurus si Fatimah. Sebuah makhluk abstrak yang ada di dalam aplikasi ponselnya.

Wanita turunan Jawa itu memang terkadang sedikit meleset dari sifat tegasnya. Padahal kemarin, dia beralibi bahwa hanya dimainkan ketika anak-anaknya sedang tidak berada di rumah. Namun nyatanya, ia malah kecanduan bermain game berbentuk makhluk yang sangat abstrak itu.

"Nuca... habis ini mobilnya dicuci, ya. Kasihan... udah dua minggu belum dicuci. Nanti kena jamur, kan, bahaya," suruh Aridana pada Nuca.

"Priska... habis cabut rumput jangan lupa cuci piring. Terus dipel sekalian lantainya," suruh Maia pada Priska.

Mereka mengangguk, mengiyakan saja. Mereka juga tidak mengeluh karena dari kecil mereka diajarkan untuk tidak bermalas-malasan bahkan bergantung pada orang lain untuk membersihkan rumah. Hitung-hitung... perintah orang tua sebagai ladang pahala bagi Nuca dan Priska. Makannya, mereka mengangguk-angguk saja saat di suruh Maia dan Aridana. Sungguh berbakti sekali bukan?

Di teras, Aridana mengelus-elus bulu kucingnya. "Mirah..., Mirah..., Mirah..., besok gede mau jadi apa?" tanya Aridana sambil bersenandung. "Aku kepingin pinter, biar... jadi dokter," jawab Aridana kembali bersenandung.

"Pa...," panggil Maia. Membuat Aridana tidak meneruskan nyanyiannya.

"Bulan kemarin si Mirah pernah dikeluarin dari kandang terus nggak pulang ke rumah sampe dua hari, kan, ya?" tanya Maia mengingatkan.

"Iya, Bun, tapi alhamdulillah si Mirah inget jalan pulang, ya, Mir, anak pinter - anak pinter," kata Aridana mengelus kembali puncak kepala si Mirah.

Peri dan Sayap - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang