20. Dihukum lagi

3.1K 320 181
                                    

Jangan lupa vote dan komentar setiap paragraf!

Ada yang bertingkah seperti anak kecil, tapi hati dan pemikirannya dewasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ada yang bertingkah seperti anak kecil, tapi hati dan pemikirannya dewasa. Kalau nemu yang kayak gini, tolong jangan dianggap remeh apalagi direndahkan. Tapi, ikut dirangkul. Mereka menggemaskan.

***

Hari Senin.

Bagi Lyodra terasa seperti hari kutukan karena setiap hari ini, ia harus berdiam diri di ruang UKS. Kini, Lyodra duduk di brankar yang biasa ia tempati sambil membaca buku-bukunya.

Tiada hari tanpa membaca teori karena minggu ini adalah minggu yang penuh perencanaan. Dalam waktu dekat, ia harus menyiapkan dirinya untuk menghadapi Olimpiade Tingkat Nasional yang di selenggarakan di Kota Bandung, Jawa Barat.

Ia menutup bukunya dan berjalan ke arah kelasnya ketika bel pelajaran sudah dimulai. Ia masuk ke dalam kelasnya yang entah sejak tiga atau dua minggu yang lalu, teman kelasnya selalu menatap sorot mata yang selalu membuatnya tidak nyaman. Semenjak kejadian itu, teman kelasnya tidak mau diajak bicara duluan, tidak ada yang mau dimintai tolong, apalagi sahabatnya sendiri Ziva dan Keisya.

Walau akhir-akhir ini dia sudah mulai terbiasa didiamkan seperti ini, tetap saja! Hatinya selalu merasa tidak tenang dan tidak nyaman.

"Ahss...." Lyodra meringis ketika setetes darah jatuh pada lembar buku di bawahnya. Kepalanya mendadak pening, pandangannya memburam. Ia memejamkan matanya berusaha menenangkan dirinya agar tetap sadar. Lyodra mengambil tisu di laci dan mengapit lubang hidungnya menggunakan tisu itu.

Teman sebelah yang duduk di bangku kanannya yaitu Ziva sempat menoleh ke arah Lyodra yang mendongak ke atas, tapi dirinya berusaha tidak peduli pada Lyodra. Sementara di sebelah kirinya ada Keisya yang juga melihat Lyodra, tapi sama saja. Mereka masih tidak peduli, mungkin karena masih kecewa pada Lyodra saat itu.

Lyodra menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi. Ia memegangi tisunya sambil mengerjakan beberapa tugas yang belum dikerjakan karena kemarin ia belajar di rumah Nuca dan lupa dengan tugas ini. Hal bodoh yang baru saja dia ingat juga bahwa dia lupa belum check-up bulan ini!

Bu Agnes masuk ke dalam kelas dengan tatapan yang datar dan tajam. Bu Agnes adalah guru fisika paling killer yang ditakuti oleh semua siswa setelah Bu Anggun dan Pak Anang.

"Selamat pagi, anak-anak...." Bu Agnes berdiri menghadap ke semua murid. "Sekarang ulangan?"

Seketika kelas jadi hening, mereka terkejut mendengar pertanyaan Bu Agnes barusan. Siswa-siswi pun berbisik-bisik untuk mengingat pertemuan terakhir minggu kemarin yang hanya memberi pekerjaan rumah lima lembar.

Lyodra tidak mendengar ucapan Bu Agnes, ia masih terus fokus pada pekerjaannya yang masih kurang empat lembar. Ketika dirasa hidungnya tidak mengeluarkan darah, ia memasukkan tisu itu kedalam laci dan melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.

Peri dan Sayap - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang