Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar di setiap paragraf. 💜🧡
Silakan menangis... lalu setelahnya, kamu harus temukan mengapa kamu harus bahagia. Sampai di sini kamu paham?
***
Lyodra mengambil tasnya, lalu menguncir rambutnya yang terurai basah karena keringatnya yang entah bagaimana ceritanya bisa bercucuran. Ia mencepol rambutnya ke atas.
"Kalau lo nggak mau pergi, yaudah Lyo aja yang pergi, Lyo ma-"
Saat Lyodra menurunkan kakinya turun ke lantai, ia tidak sengaja menekuk punggung kakinya yang membuatnya kehilangan keseimbangan.
Nuca yang berada di depannya segera menangkup, menahan badan Lyodra agar tidak jatuh. Ia lalu membantu menaikkan badan Lyodra ke atas brankar lagi.
Lyodra memejamkan matanya. Rasanya kepalanya sakit seperti ditusuk oleh jarum-jarum dan terasa kesemutan di bagian belakang kepalanya. Tadi, pandangannya seperti melayang kabur, ia menundukkan kepalanya. Merasakan telinganya yang berdengung kencang dan jantungnya yang terasa terpompa lebih cepat.
"Lo nggak apa-apa?"
"Lyodra?"
"Ly... jangan pingsan Ly!"
Nuca menepuk-nepuk pipi Lyodra. Ia bisa merasakan tangan Lyodra yang mencengkram lengannya kuat seakan meminta kekuatan lebih.
Nuca memeluk Lyodra. Memberi ketenangan berharap Lyodra akan baik-baik saja. Beberapa detik kemudian, ia bisa merasakan tangan Lyodra yang sudah tidak mencengkeramnya kuat dan tergeletak begitu saja. Degup jantung Nuca berpacu kencang mengartikan dirinya yang kini khawatir, ia tidak mau Lyodra jatuh sakit.
Di dalam pelukan Nuca, ia mengernyit saat samar-samar cahaya lampu putih di dinding sebelah tirai mengundang pandangannya. Ia membuka matanya lebar-lebar ketika kedua mata dan otaknya berfungsi kembali.
"Nuca...," panggil Lyodra lirih.
"Iya...," jawab Nuca, tenggorokannya seperti tertahan sesuatu. Suaranya berbisik membalas panggilan Lyodra.
Hening.
Hanya denyut jantung mereka yang berdegup kencang saling mengadu mengirim sebuah maaf. Mereka terdiam untuk beberapa saat, membiarkan jarum jam dinding yang meramaikan ruangan ini.
Nuca bisa merasakan gadis ini sudah lelah sekali. Badannya dingin, tangannya gemetar ketika Lyodra melepaskan pelukannya.
"Ayo gue anter lo ke rumah sakit," ajak Nuca.
"Nggak mau."
"Yaudah gue anter lo ke rumah."
Tangan Nuca terulur, berniat untuk membantu Lyodra untuk turun tapi Lyodra tidak membalas uluran tangan itu. Lyodra lebih memilih menarik lengan Nuca untuk menahan dirinya untuk turun.
"Sebentar, gue mau pake jaket." Nuca mengambil jaketnya lalu mengisi dua kertas surat izin dan langsung menuntun Lyodra pergi ke parkiran mengambil motornya.
***
Nuca mengendarai motornya melewati jalur pasar ikan. Cuaca yang tak menentu di Kota Jakarta, sepertinya selalu membuat semua orang jengkel akhir-akhir ini.Bumi di bagian Kota Jakarta nampaknya memang sedang bersedih. Langit di sebelah barat menutup matahari yang tadinya menyeringai panas lalu tertutup awan hitam yang menggantung berkerumun.
Air-air mulai turun perlahan, Nuca menghentikan motornya di sebuah halte yang tidak jauh dari pasar ikan yang terkenal selalu ramai.
JEDUARRRRRR....

KAMU SEDANG MEMBACA
Peri dan Sayap - END
Teen FictionIni kisah tentang Lyodra Margalova Kayreen, gadis berkulit putih pucat yang sukanya banyak tanya. Ini juga kisah tentang Giannuca Diradja Rilasso, laki-laki yang mengecap dirinya sebagai sayap pelindung untuk perinya, Lyodra. * Sudah siap baca cerit...