Jangan lupa vote dan budayakan komentar di bagian ini, ya!
Yuk 300 komen yuk.
Ramein yukk.
Vote juga yuk.
Jangan lupa follo vellnya biar kalau sewaktu-waktu diprivat, kalian masih bisa baca 🥰
Terima Kasih dan
Selamat Membaca!
***
Kata orang, ucapan itu adalah....
***
Lyodra menghembuskan napasnya pelan. Tubuhnya benar-benar terasa lebih letih dari biasanya. Dadanya terasa sesak, semua sendi juga terasa nyeri. Ia menidurkan kepalanya di atas meja sembari menunggu Nuca yang hendak membelikan makanan.
"Ly," panggil Ziva. "Itu ada Nuca di depan." Namun, Lyodra masih tetap saja bergeming.
"Masuk aja, Nuc," suruh Ziva. Kemudian Nuca pun masuk ke dalam dan langsung duduk di samping bangku Lyodra.
"Ly?" panggil Nuca. "Ini bubur ayam sama coklatnya," serahnya lalu meletakkan kantong itu di atas meja.
Lyodra menegakan tubuhnya. Bibirnya manyun, kedua matanya juga masih terlihat sembab.
"Makasih, ya, Nuca...," ucapnya lemah, sambil menahan gumpalan bening yang siap meluncur kembali dari ujung pelupuknya.
Nuca menghela napas pelan.
"Kenapa lagi? Masih malu gara-gara lo lap ingus depan gue?" tebak Nuca.
Lyodra menggeleng. Pertahanan air matanya mulai roboh. Hawa panas tiba-tiba saja menyerang sekujur tubuhnya.
"Terus kenapa?" tanya Nuca bingung sambil membantu membukakan bubur ayam yang masih dibungkus styrofoam.
"Lyo lagi enggak enak badan."
"Utu utu utu utu...," ledek Ziva sambil menahan senyumnya. Ia gemas sendiri melihat mereka yang sedang beradegan manis.
"Kenapa lo? Iri?" sambar Richard yang tiba-tiba saja sudah ada dibelakangnya.
Senyum Ziva perlahan menghilang.
"Udah kali, Ziv. Jangan marah lagi. Gue, kan, tadi udah minta maaf," bujuk Richard. "Kuntilanak aja bisa ketawa, masa lo yang sejenisnya cemberut mulu?" kelakar Richard.
Ziva melipat kedua tangannya lalu membuang wajahnya masam. "Lo, tuh, yang kayak kuntilanak!"
"Enak aja! Orang gue kayak pocong!"
Ziva menahan bibirnya untuk tidak tertawa. Sedangkan Lyodra? Ia yang tadinya mau menangis malah jadi tertawa pelan karena mendengar percekcokan Ziva dan Richard.
"Eh, yang lagi drama melankolis nggak usah ikut cengar-cengir, ya!" sembur Richard. Melirik sinis ke arah Lyodra dan Nuca, membuat Lyodra jadi semakin tertawa.
"Lo juga nggak usah ketawa, Ziv!" cela Richard. "Kalau marah-marah aja. Kalau ketawa, ya, ketawa. Jangan ditahan-tahan!"
Ziva memilih bertahan untuk tidak tertawa. "Lo ngapain, sih, ke sini?" tanyanya yang jadi heran sendiri pada laki-laki bertubuh gendut itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peri dan Sayap - END
Novela JuvenilIni kisah tentang Lyodra Margalova Kayreen, gadis berkulit putih pucat yang sukanya banyak tanya. Ini juga kisah tentang Giannuca Diradja Rilasso, laki-laki yang mengecap dirinya sebagai sayap pelindung untuk perinya, Lyodra. * Sudah siap baca cerit...