Ini kisah tentang Lyodra Margalova Kayreen, gadis berkulit putih pucat yang sukanya banyak tanya. Ini juga kisah tentang Giannuca Diradja Rilasso, laki-laki yang mengecap dirinya sebagai sayap pelindung untuk perinya, Lyodra.
*
Sudah siap baca cerit...
Jangan lupa vote dan komentar di setiap paragraf! 💜🧡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Segala sesuatu yang dilakukan berlebihan akan berujung tidak baik. Misalnya, menyukai kamu.
***
"Lo ngusir gue?"
"Ya menurut lo?"
Dengan hati yang sabar, Nuca berbalik arah. Mengambil sepedanya dengan langkah gontai lalu membenarkan sedikit keranjang sepedanya yang bengkok kemudian menghilang dari hadapan Lyodra tanpa pamit.
Mungkin kalian bingung oleh sikap Lyodra yang tidak jelas sejak kemarin. Lyodra hanya ingin memperbaiki semuanya. Ia tidak ingin dirinya dan Nuca jatuh, apalagi sakit di dalam jurang yang mengerikan. Ia sadar, hubungannya dengan Nuca sudah terlalu jauh. Sudah tidak sepantasnya persahabatan yang dibina sejak kecil malah rusak karena rasa yang tumbuh terlalu jauh.
Mungkin dengan ini, dirinya bisa mengubah alur ceritanya seperti waktu dulu. Ia juga takut... jika di antara mereka, malah terlalu saling bergantung. Bahkan, saling mempunyai rasa untuk saling memiliki. Ia hanya takut, akan saling menyakiti jika tidak bisa membatasi diri.
Bahwasannya ia juga sadar akan semua itu yang menurutnya berlebihan. Bukan karena ia tidak mau menerima perlakuan itu. Tapi karena ia... takut. Tidak bisa menjaga rasa dan akhirnya... malah jatuh dan berakhir pada perpecahan. Saling membenci atau bahkan berakhir tidak saling mengenal seperti dulu saat semua baik-baik saja.
Semua hal tentang itu, secara tiba-tiba minta terus dipikir di dalam otak kepalanya.
***
"Lo jadi ikut lomba debat bahasa Inggris Ly?" tanya Ziva yang tengah menguncir rambutnya lalu menarik jas almamaternya dari dalam laci.
Hari ini, IIS tidak diadakan jam pelajaran karena digunakan untuk menyiapkan pentas seni besok sabtu. Jika kebanyakan dari mereka sibuk persiapan atau leyeh-leyeh di dalam kelas. Lain dengan Lyodra yang harus mengerjakan banyak tugas karena tidak masuk beberapa hari. Ia jadi meminjam buku catatan temannya untuk menyalin semua catatan yang belum ia tulis. Ya! Walaupun sudah lebih paham materi itu duluan daripada teman-temannya, ia tetap mau mencatat. Menulis apa yang bisa dirangkum menggunakan binder dan brush pen warna-warni.
"Jadi," jawabnya singkat. Namun, masih fokus pada lembaran yang ada di hadapannya.
"Gue mau tugas di lapangan, gue tinggal sendirian di kelas nggak apa-apa, kan?" tanya Ziva.
Lyodra tersenyum, menganggukkan kepalanya dan kembali menulis.
"Keisya nggak akan lama, kok. Kan, dia juga beliin makan buat lo," ucapnya, setelahnya ia pergi.