54. Kiat-kiat Meredam Emosi!

1.2K 166 133
                                    

***


Tak banyak siswa berkeliaran ke luar kelas saat jam istirahat pertama. Koridor kini cukup sepi. Lyodra sendiri sedang meregangkan persendiannya yang mulai membaik berkat tranfusinya kemarin. Walaupun rasa lemas tidak pernah bisa hilang dari tubuhnya, ia cukup bersyukur, napasnya kembali teratur bahkan dadanya sudah tidak sesesak kemarin. Ia merasa, semesta kembali berporos padanya hari ini.

Langit cukup cerah. Awan-awan di atas sana sepertinya sedang menahan sinar matahari agar tidak terlalu membuat mahkluk hidup yang berada di bumi langsung tersengat.

Suasana yang cukup tenang. Gemuruh kelas-kelas juga sayup-sayup terdengar dari tengah koridor.

Rencananya, pagi ini ia ingin pergi ke kelas Tiara untuk menjelaskan beberapa soal yang semalam belum sempat ia jelaskan.

Jadilah, dirinya di sini. Mengajari Tiara sembari membuka bekal berisi rebusan wortel dan brokoli yang dibuatkan Bunga tadi pagi.

"Ini gimana? Gue lupa banget sama materi kelas sepuluh," tunjuk Tiara pada buku paketnya. Gadis cantik itu mulai menguncir rambutnya ke atas, tak membiarkan anak rambutnya berkeliaran sedikit pun.

"Oh itu, itu sama kayak kemarin. Jangan lupa itu ada omega," peringat Lyodra yang langsung menjawabnya.

Tiara mengangguk paham lalu segera menggarap soal itu dengan rumus cepat yang diberikan adiknya.

"Kalau ini?"

Lyodra mendecak pelan. "Masa gitu aja nggak bisa. Ola sama Niki aja bisa," remehnya.

"Dih."

"Makanya Kakak, tuh, kalau pagi sempetin belajar. Setiap pagi aja Ola sama Niki hapalan rumus-rumus kayak gini."

"Makannya anak- anak Lyo jadi pinter berenang," lanjutnya semakin mengasal.

"Ngaco!"

Lyodra tertawa pelan. Kemudian melirik soal yang ditunjuk Tiara. "Pake rumus yang ini. Satuannya udah pasti Herzt," katanya tanpa membaca kalimat soalnya.

"Oke, thanks." Tiara melingkari rumus yang ditunjuk, tanpa berniat mengerjakan. Ia kemudian memperhatikan Lyodra yang tengah mengunyah bekalnya dengan tenang.

Lyodra yang merasa dilirik pun menoleh ke arah Tiara. "Apa liat-liat? Lyo cantik banget, ya?"

Tiara bergidik geli. "Iya, cantik banget sampe rasanya mau meninggal," cetusnya berlebihan.

"Pret," sahutnya. Ia kembali mengunyah wortel dan brokolinya. Sementara Tiara kini membenarkan duduknya bersejajar pada sang Adik.

"Bentar lagi, lo ulang tahun mau kado apa dari gue?" tanya Tiara, lembut.

Lyodra memutar bola matanya asal. Otaknya berpikir sejenak memikirkan apa yang ia inginkan. Namun, anehnya nihil! Tiba-tiba saja dirinya jadi tidak teringat satu pun apa yang diinginkannya saat ini.

"Lyo lagi nggak kepingin apa-apa," jawabnya sambil terus mengunyah.

"Tumben. Biasanya aja... keinginan lo banyak banget. Lo beneran nggak kepingin apa... gitu dari gue?"

Peri dan Sayap - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang