Katanya, jangan menilai orang dari satu sisi saja.
***
Kata Keisya tadi, ada yang ingin dibicarakan. Jadilah ia dirumah Ziva."Lo kenapa?" Ziva bingung dan terkejut melihat sahabatnya yang tiba-tiba menangis.
"Gue sakit hati banget, sakit banget rasanya, Ziv,"
Ziva tergopoh-gopoh mengeluarkan beberapa tisu untuk Keisya. "Lo sakit hati kenapa?" tanya Ziva.
"Gue suka sama Derry, sebelum Derry deket sama Lyodra, gue udah deket duluan...."
Ziva membulatkan kedua matanya dengan sempurna. Pernyataan ini sangat mengejutkan sekali baginya, mengingat... dari cerita Lyodra, akhir-akhir ini Derry selalu ada di sampingnya. Apalagi, Derry yang notabenenya sebagai teman organisasi pernah mengatakan juga bahwa ia menyukai Lyodra. "Hah? Lo nggak bercanda?" kejut Ziva setengah tak percaya.
"Gue nggak bercanda...." Keisya menyapu air matanya menggunakan tisu yang diberikan Ziva tadi. Ziva bisa melihat, ada kejujuran saat Keisya mengatakan itu.
"Kok, lo nggak pernah cerita, Kei?" tanya Ziva.
"Lo masa nggak inget waktu gue muji cowok yang ada di kantin waktu itu? Itu gue muji Derry...," ucap Keisya.
Ziva mencoba mengingatnya. Saat itu, Ziva tidak begitu serius meladeni ucapan Keisya. Tapi setelah ia mengingat kembali kejadian saat iu... semuanya terlihat lebih jelas, laki-laki yang ditunjuk saat itu memang lah Derry. Kini, ia merasa sangat bersalah telah mendukung hubungan Lyodra dan Derry secara terang-terangan di depan Keisya.
"Keisya maafin gue, gue baru inget kalau lo dulu pernah deket dan suka sama Derry, gue pikir lo nggak serius waktu lo cerita ke gue, gue nggak ada maksud buat sakitin hati lo, Kei...," ucap Ziva.
"Gue selama ini diem aja. Karna Lyo sendiri, kan, sahabat gue... gue rela Derry sama Lyodra biar Lyo bisa bahagia... gue rela...," ucap Keisya, terisak-isak. "Tapi hati gue nggak bisa bohong, Ziv," sambung Keisya
Ziva mendekat. "Keisya... gue kaget lo ngomong kayak gini. Terus mau gimana? Lyo sama Derry sekarang, kan, lagi deket banget. Nggak mungkin kalau lo tiba-tiba bilang yang macem-macem ke Lyodra, kan?"
Keisya mengangguk. "Iya gue tau, gue relain mereka bahagia. Tapi hati gue terlanjur sakit, apalagi ngeliat mereka yang tiap hari selalu akrab...."
"Sejauh apa lo deket sama Derry waktu itu? Sampe dia deket sama Lyodra, lo bisa nangis kayak gini?" tanya Ziva mengerutkan dahinya. "Bukannya dia juga belum lama putus? Kok, lo bisa suka secepat itu?" tanya Ziva heran.
"Gua udah lama jadi pengagum, tapi mereka putus bukan karena gue..., lo jangan salah paham dulu. Mungkin, gue aja yang ngerasa deket setelah beberapa minggu mereka putus." jawab Keisya.
Ziva memanyunkan bibirnya, ia bingung dengan situasi ini. "Pantesan, lo jarang banget ngomong akhir-akhir ini. Gue ngerti perasaan lo, kok, Kei," ucap Ziva mengelus pundak Keisya. "Gimana, ya, Derry juga pernah cerita ke gue, kalau dia suka sama Lyodra. Jadi, kita dukung aja mereka..., mungkin ini sakit buat lo, tapi ini yang terbaik. Lo sahabat gue, Lyodra juga sahabat kita... lo ngerti apa maksud gue, kan?" tanya Ziva lalu Keisya mengangguk mengerti dengan semua ucapan Ziva.
Walau setelahnya Keisya terus menangis, tapi Ziva tak berhenti mengeluarkan kata penenang untuknya. "Merelakan dia itu lebih baik daripada merelakan sahabatmu untuk pergi."
***
Malam minggu! Siapa yang tidak menantikan malam ini untuk semua kalangan yang ingin menikmati keindahan malam dari semua penat aktivitas. Tiara menepuk-nepuk pipinya dengan spons bedaknya. Ia memoles lip balm dibalut lagi dengan lip tint di bibirnya lalu menyisir rambutnya hingga rapih.
![](https://img.wattpad.com/cover/215851266-288-k241697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Peri dan Sayap - END
Ficțiune adolescențiIni kisah tentang Lyodra Margalova Kayreen, gadis berkulit putih pucat yang sukanya banyak tanya. Ini juga kisah tentang Giannuca Diradja Rilasso, laki-laki yang mengecap dirinya sebagai sayap pelindung untuk perinya, Lyodra. * Sudah siap baca cerit...