11. Hati-Hati Dengan Hati!

3.1K 254 90
                                    

***


"Nggak," jawab Lyodra masih fokus menghimpit lubang hidungnya.


"Lo hari ini udah mimisan banyak banget, Ly. Ini nggak wajar, lo bisa kehabisan darah...," kata Nuca.

"Nggak usah, Nuca."

"Kita putar balik ke rumah sakit, ya?"

"Nggak usah, ini kalau kamu mau putar balik susah, Nuca."

"Terus gimana? Itu memang udah berhenti?" tanya Nuca.

Lyodra membuka jepitannya. Ia melihat tisu terakhir yang tidak mengeluarkan darah lagi. "Udah, ini cuma sedikit."

"Kita ke rumah sakit aja gimana?" bujuk Nuca sekali lagi.

"Enggak, Nuca," tolak Lyodra.

Nuca menoleh. "Tapi lo udah lemes banget, gue takut lo kenapa-kenapa."

"Lyo bilang enggak, ya, enggak! Nuca bisa denger Lyo nggak, sih? Maksa banget? Nggak usah sok perhatian sama Lyo, Lyo nggak suka!"

Nuca menghela napas panjang, ia kembali fokus mengendarai mobilnya yang terjebak macet di tengah jalan.

***

Pukul enam lebih dua puluh lima menit, Nuca berhenti di depan rumah Lyodra. Saat diperjalanan tadi, Lyodra tertidur di kursi sampingnya.

Nuca keluar dari mobil untuk membuka gerbang dan pintu rumah Lyodra. Lalu, ia kembali membuka samping pintu mobilnya dan membopong Lyodra masuk ke dalam rumahnya.

Bunga tergopoh-gopoh membuka daun pintu. Ia kaget melihat putrinya yang dibopong dengan seragam yang dipenuhi bercak darah. "Kamu masih kuat gendong Lyo ke atas?" tanya Bunga pada Nuca.

"Kuat, permisi Tante." Nuca mengabsen anak tangga dengan hati-hati. Ia membopong hingga sampai ke kamar Lyodra.

Bunga mengekori dari belakang. "Tidur di jalan?" tanya Bunga berbisik.

Nuca mengangguk. "Tante, maafin Nuca udah nganterin Lyo telat... tadi Nuca lewat jalur deket pasar ikan jadinya kena macet...."

"Iya Nuca, nggak apa-apa, makasih banyak sudah temani Lyo...."

"Iya Tante, Nuca pamit pulang." Nuca menyalami Bunga dan turun untuk pulang.

Setelah Nuca pergi, Bunga duduk di samping Lyodra. Ia melepas rompinya, mengganti bajunya, mencopot kaos kaki serta sepatu yang masih dipakai oleh gadis kecilnya ini.

BRAKKK--

Suara pintu masuk di depan di dorong dengan keras. Bunga turun dan melihat siapa yang datang. Ia mendapati Edi yang pulang dengan keadaan setengah sadar, Bunga menyeret suaminya ke dalam kamar agar anak-anaknya tidak melihat ini.

PLAAK--

"Kamu mabuk?"

Bunga terkejut setengah mati melihat keadaan suaminya yang tiba-tiba menjadi seseorang yang sangat asing untuk dikenali. Ia menelisik, menerawang jauh kemana perginya suaminya hari ini.

"Kamu sadar nggak, sih, kalau kamu itu salah!" Mata Bunga berkaca-kaca, hatinya sudah sakit dikhianati, apalagi, diingkari janji yang selama ini ia percayakan.

"Kamu lupa sama janji kamu?" Tenggorokan Bunga kering, kedua matanya memanas. "Jawab aku, tolong...," pinta Bunga.

Edi tetap diam. Tubuh Bunga lemas menebak apa yang ia pikirkan.

Peri dan Sayap - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang