14 : Diam-diam peduli

652 74 2
                                    

Dinginnya AC menjadi penyambut kedatangan Arga, Nicho, Alya, dan Ananti. Di sini mereka sekarang, sebuah Mall yang ada di pusat kota bandung. Seperti yang dikatakan Arga, ialah yang akan memimpin. Oleh karena itu Arga selalu berada di depan diikuti Alya dan Nicho di belakang dengan raut datarnya. Sedangkan Ananti mensejajarkan dirinya dengan Arga.

Mereka memasuki bioskop, terlihat ramai yang tengah mengantri, mungkin karena ini akhir pekan.

" Gue aja yang beli tiketnya, kalian tunggu, " ucap Arga diangguki ketiganya. Kini Arga juga berada di barisan antrian, terlihat banyak sekali yang menatapnya penuh kagum, sedangkan Arga hanya memasang tatapan dinginnya.

" Kalian mau beli makanannya enggak? " tanya Ananti, baik Nicho maupun Alya hanya mengangguk. Sepertinya ini akan menjadi akhir pekan yang membosankan.

Arga berjalan mendahului mereka tanpa berkata, sehingga ketiganya hanya dapat mengikuti. Maka masuklah mereka ke dalam studio itu, bersama dengan orang- orang lainnya. Mengambil tempat tepat di tengah, tidak di atas ataupun terlalu di depan layar. Tempat yang sangat pas. Ananti duduk di sebelah kanan Arga, di sebelah kiri Arga ada Alya lalu Nicho di sebelah kiri Alya.

Tak ada yang bicara, keempatnya sama-sama diam menunggu film tayang. Sampai lampu dalam studio itu mati, dan menampilkan film yang terputar.

Awal film nampak biasa saja, sampai di tengah-tengah barulah Alya, Ananti dan Nicho tersadar bahwa ini adalah film horor. Baik Ananti, Alya dan Nicho menatap tak percaya ke arah Arga.

" Lo kenapa pilih film horor sih?! " tanya Alya berbisik, bukannya ia takut akan hantu itu tetapi ia sangat tak suka melihat darah berceceran di layar tersebut membuatnya mual.

" Kan gue udah bilang, gue yang nentuin semuanya, " balas Arga tanpa menoleh ke arah Alya. Ananti berdiri dari duduknya lalu berjalan keluar studio.

" Ananti! " panggil Arga yang tak disauti oleh gadis itu, akhirnya Arga mengejarnya. Diikuti Alya dan Nicho yang tak faham dengan apa yang terjadi.

Di luar studio barulah Arga dapat berhadapan dengan Ananti yang nampak berkeringat.

" Lo kenapa, Nan? " tanya Arga.

" Kenapa lo pilih film horor ? " tanya Ananti yang masih terengah-engah.

" Gue pilih film horor karena lo suka film horor kan? " tanya Arga, Arga masih ingat dengan yang diucapkan oleh Alya waktu itu.

Ananti menggeleng. " Gue enggak suka film horor, Ga. Siapa yang ngasih tau lo kalo gue suka film horor?  " tanya Ananti.

Arga menoleh menatap Alya yang terdiam.

Alya juga terdiam, mengingat-ingat sesuatu. Ah iya, dia ingat sekarang bahwa Ananti sangat membenci film horor, tapi apa yang salah? Mengapa Arga menatapnya penuh kekesalan.

" Sorry, Nan. Gue enggak tau. " Ananti hanya mengangguk. " Ya udah lo mau genre apa, kita ganti filmnya, " lanjut Arga.

" Enggak usah, Ga. Kita makan aja dulu terus pulang, " ucap Ananti diangguki Arga.

Sampai mereka kini tengah berada di salah satu restoran yang tak jauh dari mall. Hening menerpa keempatnya, tak ada yang berbicara. Gagal sudah kencan yang diadakan.

" Kok pada hening? " Ananti berucap. " Enggak perlu merasa bersalah, Ga. Gue enggak pa-pa kok, " ucap Ananti, Arga hanya menatapnya singkat lalu kembali memakan hidangannya. Tidak, Arga tidak merasa bersalah, tetapi ia tengah menahan emosinya yang meluap-luap pada gadis di depannya ini. Bahkan gadis ini tak merasa bersalah pada Arga, seolah tak terjadi apa-apa.

" Eh btw thanks ya, Ga buat novel kemarin yang lo kasih. Hebat deh lo tau selera gue, " ucap Ananti lagi diangguki Arga. Alya yang mendengar itu langsung menatap Arga dan menunjukkan wajah angkuhnya. Memperlihatkan senyum menjengkelkannya.

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang