61 : kita berakhir

737 57 6
                                    

Arga mendengus malas. Pasalnya saat ini Arin sibuk mencocokkan pakaian yang akan di pakai Arga di acara perpisahan nanti. Semua setelan jas terbaik yang Arin rancang khusus untuk Arga.

" Ini? Gimana kalau yang ini? Emm—enggak deh kayaknya, " ucap Arin mencocokkan.

" Ma. Udah, cukup. Aku enggak peduli apa pun pakaiannya, yang penting aku dateng terus pulang. Aku enggak mau berlebihan, pilih yang mana aja. Aku capek, " ucap Arga yang sudah kesal, karena sudah sejam Arga berada di hadapan Arin.

" Maaf Arga. Mama cuma mau yang terbaik buat kamu, " ucap Arin melemah.

" Yang terbaik menurut Mama itu belum tentu terbaik buat aku, Ma. Pilihin yang mana aja, aku ke kamar dulu, " ucap Arga hendak melangkah.

" Hari ini Mama ke butik ya? Dan Mama juga udah buatin gaun buat Alya, Mama sesuaikan sama pakaian kamu. Nanti malam kamu antar ya. "

" Iya, " jawab Arga singkat lalu kembali melangkah menuju kamarnya.

Sampai di kamar, Arga merebahkan dirinya di kasur. Mengeluarkan ponselnya kemudian menelepon seseorang.

" Ya? Ada apa? Sibuk nih!! "

" Sibuk banget? Sampai enggak bisa ngobrol sama aku lagi? "

" Enggak gitu! Ya aku sibuk lah, kan besok kita ngadain acara perpisahan. "

" Coba pernikahan ya, Al? "

" Ihh!! Apaan sih?! Enggak lucu deh! "

" Aku tau pasti pipi kamu merah kayak kepiting rebus. "

" Arga!!!! Aku marah ini!! Udah lah! Aku patiin! "

" Padahal aku masih kangen. "

" Kemarin aja aku ajak ketemuan enggak mau. "

" Dio sama Mamat udah ngajakin duluan. Aku enggak enak. "

" Alasan! Aku patiin! Bye! "

" Sayang? "

" Arga!!! Bener-bener ya kamu!! "

" Jangan marah-marah. "

" Bodo lah! "

" Al—"

Panggilan sudah terputus. Arga mendengus, kemudian tersenyum kecil. Kekasihnya ini sungguh menggemaskan.

Arga bangkit dari tidurnya, lalu berjalan mengarah balkon kamar. Sedikit menikmati cuaca yang tak begitu panas.

I love you, Al

Arga tersenyum, betapa beruntungnya dia.

Sejam sudah Arga berada di balkon kamar, lalu ia kembali memasuki kamarnya dan berbaring.

" Hah? Sepuluh panggilan tak terjawab Ananti? "

Arga lalu mencoba menghubungi Ananti kembali.

" Arga!! "

" Kenapa, Nan? "

" Gue. Hiks, hiks. Gue mau bicara sama lo, Ga. Hiks. "

" Coba tenang. Kenapa nangis? "

" Ga, gue-gue. Gue ke rumah lo ya? "

" Ya udah ke sini aja, lo bisa cerita sama gue. "

" Thanks, Ga. "

*****

Alya melempar ponselnya asal. Kesal tentu saja, tetapi ia juga baper. Bagaimana tidak? Arga bersikap manis padanya, dan juga menggunakan kata sayang. Apa-apaan coba?

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang