25 : Sisi lain Dio

604 73 5
                                    

Setelah acara Della waktu itu dan kejadian yang terjadi saat Jefri menyatakan perasaannya pada Ananti, Arga tak lagi menghubungi perempuan itu. Jika bertemu tak ada tegur sapa membuat Ananti sedikit merasa bersalah.

Saat malam dimana ia resmi berpacaran dengan Jefri, Ananti mengirimi Arga pesan tanda permintaan maaf, walau hanya di baca oleh pria itu tanpa membalasnya.

Kini justru Arga lebih akrab dengan Alya begitupun kedua temannya Mamat dan Dio. Walau kadang Arga suka kesal dengan Alya, tetapi perempuan itu membuatnya sedikit nyaman. Ya, hanya sedikit.

Jika ditanya apa Arga masih memendam rasa pada Ananti, Arga hanya akan menjawab tidak, mungkin iya. Karena sesungguhnya pun ia tak tahu perasaannya. Mungkin ia hanya sebatas kagum pada Ananti.

Saat ini pria itu termenung menatap papan tulis kosong, tak ada satu pun yang dipahaminya dari deretan angka yang tertulis di papan.

" Ckk, ini gimana sih, Ga cara nyarinya? " tanya Dio yang berada di sebelah Arga menggerutu kesal pada jejeran soal yang ada.

" Matematika bukan temen gue, jadi gue enggak ngerti, " jawab Arga membuat Dio berdecak.

" Arga. Arga. Apalah yang lo ngerti, " ucap Dio tak dihiraukan oleh Arga.

" Yeay selesai! " ucap Mamat girang sembari meregangkan otot tangannya.

" Yang bener lo, Mat? Kok bisa cepet? Pinter amat lo? " ucap Dio terheran.

" Iya dong, Mamat, " ucap Mamat bangga sembari membusungkan dadanya.

" Ya bagi-bagi geh itu jawaban, " pinta Dio. Mamat melempar bukunya ke arah belakang tepat dimana Dio dan Arga duduk.

Dengan cepat Dio menyalin jawaban yang ada di buku Mamat, tetapi tidak dengan Arga.

" Lo enggak mau nyalin, Ga? " tanya Dio sembari menulis.

" Males, enggak percaya gue sama jawaban Mamat, " ucap Arga membuat Mamat naik pitam.

" Apa woi!! Enak aja lo, itu namanya lo ngatain gue bodoh! " teriak Mamat.

" Lo yang barusan bilang, bukan gue, " balas Arga santai.

" Mending gue ngerjain hasil sendiri, otak sendiri, jeri payah sendiri. Lah lo? Kosong noh buku, " ucap Mamat tak dihiraukan Arga, sedang Dio tetap fokus pada kegiatannya.

" Semua buku kumpul selesai enggak selesai! " teriak guru berkepala plontos itu.

" Weh weh cepet weh!! " ucap Dio gupek. " Punya lo, Ga? " tanya Dio, Arga melempar bukunya pada pria itu.

" Apa yang lo kumpul, Ga? Buku kosong? Haha. " ledek Mamat tetap membuat Arga diam.

" Mamat!! " teriak guru berkepala botak itu.

" Apa, pak?!! " tanya Mamat tak kalah santai membuat seisi kelas tertawa.

" Gimana bisa nilai kamu ini 0 Mamat?! Hah! Kamu enggak perhatikan saya ketika menjelaskan? " tanya guru itu.

" Saya merhatiin kok, Pak. Tapi kan kemampuan saya hanya segitu, Bapak hargain lah walau nol nilai saya, " jawab Mamat jujur, guru itu hanya menggelengkan kepalanya pusing.

" Kamu juga Dio!! Sama isi bukunya kayak Mamat!! Siapa yang nyontek?!

" Eh saya enggak nyontek, Pak. Si Mamat yang ngasih, " jawab Dio membuat guru itu seperti kehilangan kesabaran.

" Arga! Kenapa ini tidak diselesaikan? " tanya guru itu membuat Mamat menahan tawanya.

" Masih, bagusan gue, " ucap Mamat bangga.

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang