60 : kabar tentang Jefri

479 47 0
                                    

Hari ini dilaksanakan rapat untuk acara perpisahan nanti. Tepat di aula sekolah, seluruh kelas 12 berada. Sedangkan acara perpisahan sekolah akan dilaksanakan sebentar lagi.

Cepat waktu berjalan, hingga tak terasa para kelas 12 akan meninggalkan sekolah. Tempat masa bersejarah, kisah kasih mereka. Semua ada di masa putih abu-abu.

Semua dengan hikmat mendengar amanat dari kepala sekolah dan beberapa guru. Beberapa siswa maupun siswi ada yang menangis haru, mengingat kembali masa-masa selama tiga tahun yang berjalan.

" Saya sangat berterima kasih pada kalian semua, karena sudah mau bergabung di sekolah ini, menjadi keluarga dengan Megantara. Susah senang yang ada di sekolah ini, ingat selalu kenangan manis kalian di sekolah ini. Setelahnya, kejar lah mimpi kalian sejauh mungkin. Gunakan ilmu yang telah Bapak dan Ibu guru beri pada kalian. Ingatlah jasa mereka. "

" Saya mengucapkan selamat pada kalian semua! Selamat berjaya! Kejarlah mimpi kalian! Semangat! " tutup kepala sekolah mengakhiri pidatonya. Para siswa siswi bertepuk tangan dan berdiri dari duduknya. Setelahnya, para siswa siswi pun bersalam-salaman kepada guru dan sesama angakatan.

*****

" Woah!! Bentar lagi kita perpisahan guys!! " teriak Dio antusias. Kini Dio bersama dengan Arga, Mamat, Alya, Dinda dan Nicho berada di rooftop.

" Enggak sabar gue, malah mau cepet keluar dari ini sekolah, " ucap Mamat.

" Lah? Kenapa gitu? " tanya Nicho.

" Bosen cuy! Lagi pula gue mau langsung kuliah sambil kerja, abis itu ngelamar Dinda deh, " jawab Mamat membuat Dinda tersipu malu.

" Apaan sih, Mat?!!" sahut Dinda.

" Lagi-lagi iri dengan ke-uwuan kalian, " timpal Dio.

" Lah gimana ceritanya sama gue? Gue juga jomblo, Di. Tenang,  " sahut Nicho.

" Setelah ini rencana kalian apa? " tanya Alya membuat yang lain menatapnya.

" Kalau gue sih, kuliah. Mungkin masih di sekitaran Indonesia, " jawab Dio.

" Kalau gue sebenarnya enggak tau ya bakal kuliah apa enggak, liat keuangan sih. Tapi gue bakal usaha buat kuliah. " kini Mamat menanggapi.

" Wihh, bagus tuh Mat, " sahut Alya.

" Kalau gue tetap kuliah di Indonesia, Papa enggak ngebolehin ke luar negeri, " jawab Dinda.

" Gue belum tau sih, maunya ke luar negeri tapi entahlah, " ucap Nicho.

" Kamu, Ga? " tanya Alya.

" Belum berpikir, " jawab Arga.

" Emang enggak punya pikiran ini anak, " sahut Dio menatap Arga.

" Kalau lo gimana, Al? " tanya Nicho.

" Em—gue sih kepengennya ke Australia, Papa juga nyaranin gitu. Gue bakal ambil jurusan Arsitek sih, " jawab Alya.

" Mantap, Al!! Udah enggak pa-pa ke Australia aja, jangan pikirin Arga! " ucap Dio menyemangati.

" Setujah!! Nanti kalau gue udah berumah tangga sama Dinda, buatin gue rumah ya, Al. " Mamat berucap membuat Alya terkekeh.

" Kamu enggak bilang kalau mau ke Australia, " ucap Arga membuat Alya menoleh.

" Iya, aku—aku mau bilang. Tapi kan ini belum pasti, aku masih mikir juga. Aku enggak mau juga pisah sama Mama, Papa, " jawab Alya.

" Sudah! Sudah! Hari ini kita berbahagia aja guys! Main kuy!! " ucap Dio antusias.

" Ananti mana? " tanya Nicho membuat yang lainnya menatap pria itu.

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang