Bel pulang berbunyi nyaring sepenjuru sekolah. Membuat sorak sorai gembira para murid. Hal yang biasa di lakukan Alya dan kedua temannya, menunggu sekolah menyepi.
" Yah, gue enggak di jemput, " ucap Ananti membuat Alya dan Dinda menoleh.
" Bareng gue aja, " tawar Alya, berhubung ada beberapa yang akan Alya tanyakan pada gadis itu.
" Yang bener? Enggak pa-pa nih? " tanya Ananti di balas anggukan Alya.
" Lagian gue juga mau mampir ke toko kue Mama, kan searah sama lo, " ucap Alya.
" Ya udah yuk balik, udah sepi tuh, " ajak Dinda. Ketiganya keluar kelas. Koridor sudah sepi, kini mereka mulai menuruni tangga.
" Halo cecan cecan!! " sapa seorang lelaki di belakang mereka, ketiganya lantas menoleh.
" Apaan?! " tanya Dinda tak santai.
" Dinda galak amat, aku kan calon imam mu, " ucap Mamat di lebay-lebaykan.
" Najis banget sih, eh denger ya! Gue itu enggak kenal sama lo! Enggak usah SKSD deh! " teriak Dinda membuat yang lainnya menahan tawa.
" Ya udah sekarang kita kenalan. Nama aku Ahmad biasa di panggil Mamat, hobi aku menggombalin kamu, cita-cita aku menjadi imam mu, eaaaa! " ucap Mamat diikuti gelak tawa Dio dan Arga, tidak-tidak Arga hanya terkekeh.
" Nama gue Dinda Safitri, biasa di panggil Dinda, hal yang paling gue enggak suka adalah ngeliat muka lo!! " ucap Dinda meniru gaya Mamat. Lalu Dinda berlalu diikuti oleh Ananti dan Alya. Sebelum pergi Alya sempat menjulurkan lidahnya pada Arga membuat Arga terheran.
" Makanya Mat, perawatan!! " ucap Dio meledek.
" Eh muka gue itu masih sekelas sama kalian ya! Jangan nistain gue!! " ucap Mamat yang kesal dengan ucapan Dio.
" Apa kata lo? Muka lo sekelas sama kita? " tanya Arga dengan nada meledek. Dio tertawa mendengar ucapan Arga tetapi tidak dengan Mamat.
" Arga! Gue kira lo bela gue, " ucap Mamat pura-pura sedih.
" Lo cocok masuk ekskul teater, " tambah Dio, lalu Arga dan Dio berjalan mendahului Mamat.
" Perasaan muka gue enggak buruk-buruk amat, kenapa hamba mu ini selalu ternistakan ya Allah, " ucap Mamat, lalu pergi mengejar keduanya.
*****
Jika sekolah sudah sepi maka sama halnya dengan parkiran. Hanya tersisa tak lebih dari 10 mobil yang ada di parkiran.Alya dan Ananti menaiki mobil, kemudian Alya mulai menjalankannya.
Alya memutar musik, tersetel lagu girls like you milik maroon 5.
" Kapan-kapan gue mau dong main ke rumah lo atau ke toko kue Mama lo, " ucap Ananti memulai pembicaraan.
" Boleh boleh aja, nginep lah kalo bisa, " tambah Alya.
" Iya, tapi masalahnya gue itu masih belum boleh nginep-nginep gitu. Kemaren aja bersyukur pulang dari bazar malam tapi enggak kena marah, " jelas Ananti.
" Lo masih di jaga ketat ya? " ucap Alya diangguki Ananti, " Kalo gua sih, boleh-boleh aja sama Mama asal ada janji kayak gue harus pulang tepat waktu enggak boleh telat, " lanjutnya.
" Masih enak dong. "
" Positif aja, itu tandanya orang tua lo khawatir sama lo dan mereka perhatian, " tambah Alya diangguki Ananti.
Hening beberapa saat, Alya bingung ingin menanyakan dari mana.
" Eh Nan? " tanya Alya.
" Hmm? "
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYA [ COMPLETE ] ✔
Teen FictionAlya Harja Kusuma, wanita cantik yang kini tengah mempersiapkan pernikahannya. Suatu ketika, tanpa disengaja Alya menemukan sebuah kotak yang berisi kenangan masa SMAnya. Lalu ingatannya kembali pada 10 tahun terakhir, mengingat masa-masa SMAnya b...