16 : Kejadian di kantin

650 68 1
                                    

Pagi hari di SMA Megantara, tak banyak siswa siswi yang berlalu lalang. Ya pasalnya ini pagi sekali, sama halnya dengan Alya yang tengah berjalan santai di koridor. Dalam seminggu Alya hanya sekali datang terlalu pagi ke sekolah, itu dikarenakan jadwal piketnya.

Alya perlahan menaiki tangga menuju kelasnya, dilihatnya Mamat yang berada di depannya berjalan dengan lesu.

" Mamat! " panggil Alya lalu ia mensejajarkan dirinya.

" Apa!! Enggak usah ganggu gue! " ucap Mamat kasar.

" Lah? Lo kenapa, Mat? " tanya Alya beriringan menuju kelas mereka masing-masing.

" Ck, itu si Dinda. Masa nolak cinta gue, jahat kan dia? " ucap Mamat sedih.

" Aish lo ini, masa segitu doang perjuangannya. Jangan pantang nyerah Mat, tunjukin kalo lo bisa buat Dinda tertarik, " ucap Alya menyemangati.

" Gue tahu gue jelek, Al. Tapi gue punya hati yang tulus mencintai Dinda apa adanya, " ucap Mamat berlebih.

" Emm, gimana ya? Dinda itu orangnya enggak mau dipaksa, tapi coba lo luluhin pake sesuatu. "

" Bunga? Coklat? Mobil? Rumah? " tanya Mamat berbobot membuat Alya memutar bola matanya.

" Perhatian, " jawab Alya singkat.

" Tiap hari, Al gue perhatian sama dia. Tapi dianya aja enek ngeliat muka gue. Selera dia itu begimana sih? "

" Ntar deh gue cari caranya, tapi lo bener tulus kan? Enggak main-main? " tanya Alya serius, pasalnya ia tak ingin Dinda tersakiti.

" Iya, gue tulus. Macam artis yang nyanyi gajah gajah itu, " ucap Mamat ngaur.

" Ngomong apa sih lo?! Awas sampe lo mainin Dinda, rasakan akibatnya!! " ucap Alya tajam.

" Buset mulutnya tajem banget, " gerutu Mamat. Keduanya memasuki kelas masing-masing.

Alya melihat sudah ada Dinda yang tengah menyapu sendirian. Hari ini adalah jadwal piketnya juga bersama Alya.

" Tumben dateng pagi, " ucap Dinda.

" Hmm, kewajiban, " balas Alya, lalu ia juga memulai aktivitasnya.

" Emm, Din? Tipe cowok lo itu kayak gimana sih? " tanya Alya sembari menyapu.

" Kenapa tiba-tiba nanya? " tanya Dinda curiga.

" Enggak pa-pa, kepo aja, " jawab Alya, kini ia malah duduk di kursi guru menyudahkan kegiatannya.

" Ya yang baik, seiman, ganteng juga, pengertian, bertanggung jawab, gitu deh, " jelas Dinda.

" Tapi lo nolak Mamat? " Dinda menatap Alya tajam.

" Mamat lagi, Mamat lagi. Gedeg gue dengernya. " kesal Dinda.

" Tapi Mamat kan masuk ke kriteria lo, dia baik, seiman, apalagi dia pengertian kan ngehubungin lo terus, nanya-nanya. Lo beruntung Din dicintai sama Mamat, lah gue? Siapa coba? Kalo pun ada mereka cuma mandang fisik gue doang, " ucap Alya yang mendapat tatapan prihatin dari Dinda.

Dinda mendekat ke arah Alya. " Ada, Al. Pasti ada, " ucap Dinda meyakini.

" Dan okelah yang lo omongin tentang Mamat tadi benar. Mamat baik, pengertian, ngehubungin gue terus. Tapi... Dia itu ganggu, Al. Harusnya dia bisa ngertiin gue, jangan maksa terus! "

Alya mengangguk, benar juga jika selama ini Mamat terlalu membuat Dinda risih.

" Kantin yuk, haus gue, " ajak Alya diangguki Dinda.

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang