34 : salah paham

566 57 1
                                    

Hari ini adalah hari yang amat dinanti sekaligus di sesali. Karena apa? Ya karena sekolah menengah atas melaksanakan ujian semester. Tentu saja bukan hal itu yang mereka nantikan. Karena lebih tepatnya mereka sungguh menantikan liburan. Tahun baru bersama keluarga yang jarang terjadi.

Entah bagaimana bisa hari ini Alya sedikit terlambat. Napasnya ngos-ngosan mengejar waktu. Sepertinya ia terlambat karena begadang semalaman. Percayalah Alya begadang untuk belajar sungguh-sungguh bukan menyesali atau pun menangisi sesuatu. Untunglah pengawas kali ini baik membiarkan Alya tetap mengikuti ujian.

Berbagai macam cara dilakukan para murid untuk mendapat nilai yang memuaskan. Contohnya? Tentu saja belajar dari jauh-jauh hari, belajar saat malam sebelum ujian, atau belajar beberapa menit sebelum soal diberikan. Atau bahkan ini yang lebih parahnya. Me-nyon-tek.

Tetapi tidak dengan Alya. Jika sebelumnya ia selalu pasrah ketika ujian dan memasang wajah melasnya agar diberikan contekan. Maka kali ini ia akan berusaha sendiri. Alasan pertama karena ia ingin berubah, alasan kedua karena ia malas gerak. Baik itu gerak tubuh ataupun gerak mulut. Itu sungguh melelahkan, sungguh.

Sampai tak terasa bel tanda mata ujian kali ini usai. Maka para murid diberi kesempatan untuk beristirahat sebelum kembali melanjutkan ujian.

" Woah gila!! Gue kan udah belajar yang dikasih materinya sama guru itu. Masa yang keluar lain-lain sih!! Jijik bener gue!! " ucap Dinda bersungut-sungut.

" Ya udah lah, yang penting kan usaha, " sambung Ananti sembari membenahkan alat tulisnya.

" Eh, Al? Lo gimana? Lancar enggak ngerjainnya? Kayaknya lo santai bener, " ucap Dinda. Tetapi apa yang didapat justru Alya tak menjawab. Alya pergi meninggalkan kedua temannya yang kebingungan.

" Al!! " panggil Dinda hendak mengejar.

" Udah, Din. Mungkin dia ada masalah, " tegur Ananti.

" Ada yang enggak beres. Alya kenapa lagi? " lirih Dinda.

*****
Alya mencuci kedua tangannya sembari melamun. Bahkan air dari wastafel itu mulai meluber sedikit mengenai seragamnya. Kemudian ia menutup keran. Memandangi wajahnya dari cermin di hadapannya.

Memikirkan sesuatu yang seharusnya tak perlu ia pikirkan.

Sampai ia mendengar rombongan Della memasuki toilet. Alya memutar bola matanya malas, kali ini ia tak ingin bertengkar. Sesegera mungkin Alya membenahi rambutnya dan cepat keluar dari toilet itu.

Sayang sekali rombongan Della keburu memasuki toilet. Memandang rendah Alya. Sungguh Alya tak peduli dengan pandangan itu.

" Ketemu lagi. Dan lagi-lagi di toilet. Huh, sepertinya tempat ini memang pas untuk-berualah, " ucap Della licik.

" Gue mau lewat, " ucap Alya datar.

" Mm kasih enggak ya? " ucap Della mengejek diiringi gelak tawa temannya.

" Gue lagi enggak mau berurusan sama lo! Mending lo minggir! " ucap Alya kasar.

" Eh pelakor!! " teriak Della di depan wajah Alya.

" Pelakor? Cih, siapa yang gue rebut hah!! " balas Alya.

" Lo itu pelakor!! Lo udah ngerebut Arga dari gue! Dasar menjijikkan!! "

" Gue menjijikkan? Terus kenapa lo betah banget ada di deket gue? " ucap Alya, tenang.

" Lo emang harus gue kasih pelajaran, " ucap Della lalu menarik Alya kasar ke depan cermin.

" Lepas enggak! " teriak Alya. Mendengar itu Della justru semakin menarik rambut Alya membuat Alya meringis kesakitan.

" Apa kata lo? Lepas? Enggak semudah itu! " kini Della membuka keran wastafel lalu mendorong kepala Alya hingga memasuki wastafel. Alhasil wajah Alya basah kuyup.

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang