Alya menutup buku diary itu. Ia menyeka air matanya yang sedari tadi keluar. Ingatkan Alya, berapa jam ia berada di gudang ini? Sampai ia harus mengenang masa SMA nya. Semua, semua ia kupas habis. Akhir yang menyakitkan.
Aku enggak tau sekarang kamu di mana, Ga. Kehidupan kamu seperti apa. Apa kamu bahagia sama Ananti? Berapa umur anak kalian? Itu udah terlalu lama, dan perlahan aku udah mulai melupakannya. Tapi sekarang? Aku kembali mengingatnya, setelah sepuluh tahun.
Alya menaruh buku diary itu kembali ke kotak. Ia mengambil sebuah gelang hitam, lalu tersenyum.
" Gelang dari Nicho, " ucap Alya.
Sampai ia beralih pada beberapa surat yang sudah lusuh. Alya mengambilnya, jantungnya berdetak cepat. Haruskah ia membacanya? Apa perlu? Tapi untuk apa? Bukankah Arga sudah berumah tangga? Jadi, surat ini tidaklah penting. Tapi entah mengapa dirinya bilang bahwa ia harus membaca suratnya.
Ragu, Alya mulai membuka surat yang dilapisi amplop itu. Matanya terpejam sesaat.
" Alya!!! " teriak seseorang, menghentikan Alya membuka surat itu. Mau tak mau Alya harus memasukkan semua barang-barang lama itu ke dalam kotak. Lalu menyingkirkannya ke tepian.
Alya membenarkan tampilannya, memastikan tidak ada lagi air mata. Lalu ia berjalan keluar, menutup pintu gudang itu.
" Kenapa, Ma? " tanya Alya menuruni anak tangga menghampiri Cintia.
" Kamu ini dari mana sih? Kok berjam-jam enggak keluar, " ucap Cintia.
" Aku dari gudang, cuma mau liat-liat aja, " jawab Alya.
" Ya sudah, kamu mau bantu Mama kan? " tanya Cintia.
" Apa? "
" Kamu ke toko Mama ya? Tadi pagi Mama buat kue tapi lupa di ambil. Ada tiga kotak, bawa aja semua untuk para kerabat kita, " ujar Cintia.
" Aku sendiri? Capek lah, Ma. Baru aja aku sampai beberapa hari yang lalu dari Australia, " keluh Alya.
" Huh, kamu kan punya calon suami. Ajak dong, gimana sih, " balas Cintia.
" Iya tapi kan dia? Ah, udah lah aku pergi sendiri aja, " ucap Alya pada akhirnya.
" Coba di hubungi, dia pasti mau nganterin kamu, " ucap Cintia.
" Dia sibuk di kantor, biarin aja, " sahut Alya sembari berjalan keluar rumah.
Alya baru saja tiba di Indonesia beberapa hari yang lalu. Sedangkan kedua orang tua nya sudah di Indonesia sekitar lima tahun yang lalu.
Sebentar lagi Alya akan mengakhiri masa lajangnya, dengan seorang pria yang sudah lama Alya kenal. Ini sulit dipercaya, tetapi itu benar adanya. Sampai saat ini Alya belum bertemu siapa-siapa. Bahkan calon suaminya pun belum bertemu dengannya karena terlalu sibuk bekerja.
Alya memasuki mobilnya, tak lupa memakai kaca mata hitamnya karena hari ini begitu panas.
Hari ini kota Bandung tak begitu padat. Mungkin karena ini jam kerja, jadi jalanan sedikit menyepi. Tapi syukurlah.
Alya sesekali melihat-lihat sekitar. Baru kali ini ia keluar rumah setelah pulang dari Australia. Perubahan yang cukup besar pada kota ini, sudah sepuluh tahun sejak Alya meninggalkan kota ini.
Mobil Alya berhenti di depan toko Cintia. Tokonya ramai pengunjung, Cintia sungguh sukses dalam hal ini.
Alya memasuki toko itu, beberapa pegawai yang melihatnya tersenyum ramah dan menegur Alya. Alya pun membalasnya.
" Ada yang bisa di bantu Nona? " tanya salah satu pegawai.
" Oh, mau ambil kue Mama. Katanya udah di siapin tiga kotak, " ujar Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYA [ COMPLETE ] ✔
Teen FictionAlya Harja Kusuma, wanita cantik yang kini tengah mempersiapkan pernikahannya. Suatu ketika, tanpa disengaja Alya menemukan sebuah kotak yang berisi kenangan masa SMAnya. Lalu ingatannya kembali pada 10 tahun terakhir, mengingat masa-masa SMAnya b...