42 : ke tempat itu, lagi

582 49 0
                                    

Sepanjang liburan tak banyak yang Alya kerjakan. Hanya makan tidur, makan tidur saja yang sering ia lakukan.

Beberapa hari lalu Arga pergi meninggalkannya. Untuk waktu yang lama. Sepulang dari bandara pun Alya lebih memilih untuk mengurung diri di kamar, membatalkan ajakan Al sang papa untuk jalan-jalan.

Rasanya Alya ingin mengunjungi Singapura. Apakah jika Alya meminta pada Al untuk berlibur ke Singapura Al akan menurutinya? Sepertinya tidak mungkin. Jika Alya sampai meminta itu maka Al tidak akan balik lagi ke Indonesia, pria itu akan bertempat di sana. Alya tak ingin itu terjadi hanya demi Arga.

Alya mendengus kesal. Merasakan bosan berkepanjangan. Sedari tadi pun ia selalu mengecek ponselnya, barang kali Arga menghubunginya.

Setelah pergi ke Singapura, Arga baru sekali menelepon Alya dan mengirimnya pesan. Alya tak ingin jadi egois, menuntut Arga agar selalu menghubunginya. Ia tahu, bahwa Arga lebih memprioritaskan sang nenek yang sedang sakit.

Lagi. Alya mengecek ponselnya. Kali ini ia mengklik salah satu nomor di kontaknya, melakukan panggilan. Sungguh ia tak tahan kali ini.

" Halo? "

" Main kuyyy!! Gue bosen gila di rumah terus. "

" Main kemana? Mager ini!! "

" Kemana aja-eh. Gue punya satu lokasi keren abis, gue jamin lo enggak akan nyesel! Ajak Dio Mamat sama Ananti juga. "

" Ya udah gue siap-siap. "

" Wokeh!! " ucap Alya memutus panggilan. Alya beranjak dari ranjangnya. Bersiap untuk mandi kali ini. Selama liburan ini sungguh Alya hanya mandi satu kali sehari, padahal kamar mandi tak jauh dari kamarnya, bahkan kamar mandi itu berada di dalam kamarnya. Tapi mengapa rasa malas selalu menghinggapi.

*****
Alya sudah memakai pakaiannya. Rok di atas lutut, dengan atasan t-shirt lengan panjang. Dipadukan dekan sneakers abu-abu nya, membuat penampilan simple tetapi modis.

Gadis itu kini beralih ke meja rias. Memoleskan make up yang amat tipis di wajahnya. Dirasa sudah lengkap, ia berjalan menuju lantai bawah.

" Good morning, Pa, " sapa Alya yang kini duduk di sebelah Al yang tengah sibuk dengan korannya.

" Morning sayang. Udah rapi, mau ke mana? " tanya Al mengalihkan bacaannya.

" Aku mau main. Bosen di rumah terus, " jawab Alya.

" Main sama siapa? Perempuan apa laki-laki temennya? " tanya Al membuat Alya memutar bola matanya.

" Laki sama perempuan, Pa. Ada Dinda, Ananti, Mamat sama Dio. Udah segitu doang. Lagipun aku mainnya enggak jauh, dan enggak bakal lama, " jelas Alya.

" Iya Papa izinin tapi kalo temen kamu nyamperin Papa. "

" Iya, sih takut bener, " sungut Alya.

" Alya. Kamu itu anak Papa satu-satunya, anak perempuan Papa. Papa enggak mau terjadi apa-apa sama kamu. "

" Kalo gitu Papa enggak perlu pergi ke Singapura. Di sini aja jagain Alya sama Mama, " ucap Alya membuat Al mengusap pucuk kepala putrinya itu.

" Papa sayang sama Alya sama Mama, " ucap Al lalu mengecup pucuk kepala Alya. Dalam hati Alya, ia selalu ingin bersama papanya dan mamanya. Mempunyai keluarga lengkap yang setiap hari bertemu. Walau gimana pun juga, Alya masih belum bisa berbicara serius pada Al mengenai pria itu yang jarang berkumpul bersama keluarga.

" Assalamualaikum!! " ucap Mamat kuat belum menyadari adanya tuan rumah yang tengah duduk santai di depan teras.

" Waalaikumsalam, " jawab Al dan Alya.

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang