26 : Keseriusan Mamat

570 61 3
                                    

Mamat melangkah santai menuju kelasnya. Terbiasa datang pagi. Alasan pertama karena tak ingin berjumpa guru-guru yang menunggu murid telat di depan gerbang. Kedua karena hendak mengerjakan tugas. Ketiga karena tahu Dinda sering datang pagi. Keempat menjadi teman berbakti, yaitu menemani pagi bersama Arga. Jaga-jaga takut kesurupan.

Mamat berjalan sambil bersiul-siul. Jika pagi seperti ini penampilannya sangat rapi. Baju dimasukkan, rambut tersisir rapi, dasi masih bertengger, harum masih menguasai. Andai saja para murid perempuan melihatnya pasti akan terpana.

Mamat memiliki senyum manis yang membuat matanya menghilang jika tersenyum apalagi tertawa. Belum lagi jaket jeans yang dipakainya membuat penampilannya semakin cool. Hanya saja jika sudah pulang sekolah penampilannya tak karuan.

Ketika sampai di lantai atas, Mamat dapat melihat Dinda keluar dari toilet dengan wajah pucatnya sembari memegangi perut. Mamat yang melihat perempuan itu seolah kesakitan pun menghampirinya.

" Dinda!! " panggil Mamat menghampiri.

" Enggak usah ganggu deh, Mat! Pergi sana! " ketus Dinda masih memegangi perutnya yang terasa sakit.

" Lo kenapa, Din? Sakit? Ke UKS aja, " ucap Mamat lembut.

" Enggak usah sok peduli! " bentak Dinda, lalu perempuan itu berjalan melalui Mamat. Mamat hanya bisa melihat tubuhnya berjalan lesu dari belakang.

" Dinda tunggu!! " teriak Mamat membuat Dinda berhenti melangkah.

" Apa lagi sih!! Enggak jera-jera juga !!" Dinda kembali berteriak, tapi Mamat tak mengiraukan itu. Kini pria itu fokus melepaskan jaket jeansnya.

" Nih, pake. " Mamat memberikan jaket itu.

" Enggak perlu. Ngapain juga gue pake jaket lo! " ucap Dinda hendak pergi.

" Lo tembus, " ucapan Mamat sukses membuat Dinda menegang di tempat, ia malu kali ini. Kenapa bisa Dinda selalu berpikiran buruk tentang Mamat.

Mamat menghampiri Dinda, mentenggerkan jaket jeansnya ke pinggang perempuan itu, Dinda hanya diam membeku mendapat perlakuan Mamat.

Bekas cairan merah itu pun tertutupi oleh jaket jeans Mamat.

" Gue enggak pernah punya niat buruk sama lo, Din. Niat gue cuma mau deket sama lo. Gue suka sama lo. Kapan lagi lo pernah liat gue serius, Din? " Dinda masih terdiam. Tanpa kata lagi Mamat meninggalkannya, membuat Dinda terdiam sendiri di ujung lorong.

" Gimana? Masih berpikir mau ngejauhin Mamat? " Dinda menoleh, mendapati Alya yang sedari tadi menyaksikan perlakuan Mamat.

" Masuk yuk, " ajak Dinda mengalihkan pembicaraan. Tiba-tiba saja Dinda yang banyak omong jadi pendiam.

" Lo tunggu di sini gue mau ke loker gue dulu, " ucap Alya diangguki Dinda. Alya menghampiri lokernya, mengambil pembalut untuk Dinda. Karena beberapa hari lalu juga Alya mengalami hal yang sama seperti Dinda. Hanya saja tidak ada pria yang menghampiri.

" Nih. " Dinda menerimanya lalu berjalan kembali masuk ke toilet.

*****
Saat ini di kelas 10 IPA-1, tidak terlalu berisik tidak juga terlalu sunyi. Masih ada guru di depan kelas yang tengah mengobrol dengan guru kelas sebelah. Jadi para murid lah yang dianggurin di kelas ini.

" Kenapa lo, Mat? " tanya Arga kala melihat Mamat bersender pada tembok dan menatap kosong.

" Sabar, Ga. Sabar. Jangan ganggu gue. 10 detik aja. " Arga menatap Mamat heran begitu pula Dio.

" Ah. Alhamdulillah. Kenapa, Ga? " tanya Mamat.

" Buh!! Bau woi!! MAMAT!! LO KENTUT YA?! " teriak Dio sembari menutup hidungnya. Seisi kelas menatap ke arah mereka.

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang